ESDM Proyeksi Subsidi Energi Tembus Rp1.000 T Tahun Ini
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan subsidi energi berpotensi tembus Rp1.000 triliun tahun ini.
Arifin mengungkapkan proyeksi itu dihitung dengan skenario terburuk jika harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) mencapai US$200 per barel.
Terakhir, Kementerian ESDM menetapkan ICP naik dari US$109,61 per barel menjadi US$117,62 per barel pada Juni 2022.
"Kalau worst case bisa jadi US$200 per barel. Kalau jadi US$200 per barel, kalikan saja sekian triliun (subsidi energi saat ini) kali sua saja. Gampang-gampangnya begitu," ujar Arifin saat ditemui di JCC Senayan, Rabu (27/7).
Tahun ini, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menambah alokasi subsidi energi menjadi Rp502 triliun dengan asumsi ICP US$100 per barel. Asumsi tersebut naik dari sebelumnya yang sebesar US$63 per barel di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022.
Jika mengikuti skenario Kementerian ESDM dengan asumsi ICP bakal tembus US$200 per barel, maka subsidi energi berpotensi bengkak mencapai lebih dari Rp1.000 triliun.
Arifin mengatakan pihaknya akan segera menyampaikan hitungan ini kepada Kemenkeu.
"Iya nanti kami akan bahas bersama," imbuh Arifin.
Namun, ia berharap proyeksi ini tak menjadi kenyataan. Oleh karena itu, pemerintah berupaya membatasi konsumsi BBM solar bersubsidi dan BBM penugasan seperti pertalite.
Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan membatasi pembelian pertalite dan solar bersubsidi melalui revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.
Arifin menargetkan revisi perpres ini bisa selesai dalam waktu dekat. Dengan demikian, pembatasan pembelian pertalite dan solar bersubsidi bisa diberlakukan pada Agustus 2022 mendatang.
"Nah ini yang harus kami antisipasi, jadi kan memang kita harus tepat sasaran," tutup Arifin.
(idy/aud)