Bank sentral Thailand (Bank of Thailand/ BOT) akan menguji mata uang digital ritel sebagai opsi pembayaran alternatif mulai akhir 2022 hingga pertengahan 2023.
Selama pengujian, mata uang digital bank sentral ritel (Central Bank Digital Currency/CBDC) akan digunakan dalam transaksi seperti uang tunai seperti membayar barang dan jasa. BOT menyebut 'bath digital' itu akan digunakan dalam area terbatas dan di antara sekitar 10 ribu pengguna ritel.
Mengutip Reuters, Jumat (5/8), BOT akan menilai manfaat dan risiko dari penggunaan CBDC berdasarkan uji coba. Kemudian, bank sentral akan merumuskan kebijakan terkait dan meningkatkan rancangannya. Namun, saat ini BOT tidak berencana secara resmi menerbitkan CBDC ritel itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BOT juga mengatakan tidak mendukung penggunaan aset digital, seperti bitcoin dan ethereum, sebagai pembayaran untuk barang dan jasa karena risiko terkait.
Di Indonesia, bank sentral akan mengeluarkan buku panduan atau white paper mengenai rupiah digital sebelum akhir 2022. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni P Joewono mengatakan buku panduan itu berisi beberapa hal, seperti desain atau konsep digital rupiah.
"Berbagai bank sentral berhati-hati dan terus mempelajari kemungkinan dampak dari CBDC tersebut, termasuk Indonesia. BI terus mendalami CBDC dan akhir tahun ini berada pada tahap untuk mengeluarkan white paper pengembangan digital rupiah," ujar Doni dalam dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2022 di Bali, Selasa (12/7) lalu.
Di sisi lain, Dana Moneter Internasional (IMF) menilai CBDC mengancam keberadaan bank komersial dan memicu krisis keuangan.
Division Chief in the Monetary and Capital Markets Department IMF Tommaso Mancini Griffoli menjelaskan nasabah rentan mencairkan deposito mereka di bank komersial dan beralih ke CBDC.
"Dalam hal CBDC yang dikhawatirkan adalah pelarian dari simpanan bank. Inilah jalur krisis yang benar-benar nyata," ungkap Griffoli.
Namun, ia menjelaskan bank komersial bisa menyiasati situasi tersebut dengan menawarkan bunga deposito lebih tinggi. Dengan begitu, nasabah akan tetap menempatkan uang mereka pada bank komersial.
Lebih lanjut, Griffoli mengingatkan bank sentral untuk mengeluarkan kebijakan yang tepat untuk CBDC. Jangan sampai, keberadaan mata uang digital membuat bank komersial tumbang.
"IMF tidak terlalu khawatir jika bank sentral berbuat lebih baik, harus berpikir keras (dalam menerbitkan mata uang digital)," pungkas Griffoli.