Perusahaan smartphone China Xiaomi melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 900 karyawan karena pendapatan perusahaan menyusut akibat perlambatan ekonomi Negeri Tirai Bambu.
Jumlah karyawan yang terkena PHK itu hampir 3 persen dari total tenaga kerja yang dimiliki oleh Xiaomi.
Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), Jumat (26/8), pendapatan Xiaomi mencapai 70,2 miliar yuan atau setara Rp151,43 triliun (asumsi kurs Rp2.157 per yuan) pada kuartal II tahun ini. Jumlah ini menurun 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Adapun laba bersih turun drastis dari perkiraan, yakni menjadi 1,4 miliar yuan. Angka ini turun 83,5 persen dibandingkan dengan laba 8,3 miliar yuan pada periode yang sama tahun lalu.
"Pada kuartal ini, industri kami menghadapi banyak tantangan, termasuk meningkatnya inflasi global, fluktuasi valuta asing [dan] lingkungan politik yang kompleks," kata presiden Xiaomi Wang Xiang.
Menurutnya, tantangan ini secara signifikan mempengaruhi permintaan pasar secara keseluruhan dan hasil keuangan perusahaan yang berbasis di Beijing ini.
Pendapatan dari segmen smartphone Xiaomi turun 28,5 persen dari 59,1 miliar yuan pada kuartal II tahun lalu menjadi 42,3 miliar yuan pada periode yang sama tahun ini.
Perusahaan mengatakan penjualan smartphone yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pengiriman smartphone turun 26,2 persen pada kuartal II 2022. Hal ini terjadi karena hambatan ekonomi makro global dan kebangkitan covid-19 di China daratan.
Sebuah catatan penelitian dari Guosheng Securities mengatakan permintaan smartphone masih lemah dan pertumbuhan pendapatan untuk perusahaan internet China diperkirakan akan melambat. Hal ini juga tak lepas dari kebangkitan covid-19.
Produk Domestik Bruto (PDB) China hanya tumbuh 0,4 persen pada kuartal II tahun ini, terburuk sejak kuartal I 2020, ketika wabah virus corona menutup sebagian besar negara itu.