Peternak ayam meminta Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memanggil empat perusahaan besar penguasa pasar ayam broiler.
Permintaan mereka sampaikan terkait penurunan harga ayam di level peternak menjadi Rp14 ribu-Rp17 ribu per ekor.
Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam (Gopan) Harry Dermawan mengatakan empat perusahaan itu adalah PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, PT Malindo Feedmill Tbk, dan PT Super Unggas Jaya (SUJA).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, pemanggilan diperlukan karena keempat perusahaan itu bisa mengatur harga. Pasalnya, mereka menguasai lebih dari 80 persen pasar ayam broiler di Indonesia.
"Kalau mau, empat perusahaan tadi dipaksa pemerintah naikkan harga (ayam)," ungkap Harry usai rapat di Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kamis (1/9).
Harry memandang empat perusahaan itu bisa mengatur harga ayam broiler di pasaran dengan memotong dan menyimpan ayam terlebih dahulu di cold storage. Dengan demikian, pasokan ayam broiler di pasaran akan berkurang.
"Mereka bisa kok atur harga dengan cara apa, ya mungkin panen diperlambatan atau dipotong disimpan dulu itu juga bisa," terang Harry.
Saat ini, harga ayam broiler di peternak hanya Rp14 ribu-Rp16 ribu per ekor. Sementara, harga modalnya mencapai Rp20 ribu-Rp21 ribu per ekor.
"Modal peternak Rp20 ribu-Rp21 ribu, jadi kalau bisa harga Rp22 ribu peternak sudah sangat bahagia," ucap Harry.
Penurunan harga, sambung Harry, sudah terjadi sejak 2 minggu terakhir. Akibat masalah itu, peternak merugi Rp5.000 per minggu.
Jika dihitung dengan total populasi ayam broiler peternak yang sekitar 14 juta ekor per minggu dengan berat 1,5 kg serta penurunan harga selama dua minggu, maka jumlah kerugian peternak mencapai Rp210 miliar.
"Kalau dua minggu ruginya Rp5.000 per kg, jadi parameternya populasi ayam peternak 14 juta ekor dikali 1,5 kg, dikali Rp5.000, lalu dikali dua karena dua minggu, hitungannya," jelas Harry.
Harry mengaku tak tahu persis penyebab penurunan harga ayam broiler beberapa waktu terakhir. Maka dari itu, ia menunggu Kementerian Perdagangan mengadakan pertemuan dengan empat perusahaan besar yang menguasai pasar ayam broiler.
"Ini tidak ada yang tahu, suplai aman, permintaan aman. Makanya kami tidak tahu karena kami tidak tahu makanya minta tolong Pak Menteri Perdagangan tolong naikkan harga. Kalau menteri perdagangan ketemu pemain-pemain itu baru mengerti. Kalau kami tahu penyebab penurunan harga, kami bisa selesaikan sendiri, ini kan tidak bisa," kata Harry.
Menanggapi permintaan itu, Zulkifli mengatakan pihaknya akan memanggil empat perusahaan besar yang menguasai pasar ayam broiler untuk membahas harga di peternak.
"Begini sajalah, empat sampai lima perusahaan saya akan panggil. Heh, ini harga mereka rugi peternak bisa bangkrut ya, kamu tolong harganya diatur bisa tidak dapatnya Rp24 ribu," ujar Zulkifli.
Namun, ia tak merinci lebih lanjut kapan tepatnya empat perusahaan besar yang menguasai pasar ayam broiler itu akan dipanggil.
Sementara, Deputy Head of Commercial Poultry Division Japfa Comfeed Achmad Dawami membantah pihaknya mengatur harga ayam. Ia mengatakan penentuan harga tak bisa ditentukan oleh perusahaan besar. Pasalnya, harga ditentukan oleh mekanisme pasar.
"Ya tidak bisa seperti membalikkan tangan seperti itu, bagaimanapun dari suplai dan demand," ujar Dawami.
Menurut dia, jumlah konsumsi ayam di RI memang masih rendah hanya 14,3 kg ayam per kapita per tahun. Dengan kata lain, setiap orang hanya mengonsumsi ayam 14,3 kg setiap tahun.
"Nah 14,3 kg ini masih jauh dari Singapura dan Malaysia. Malaysia itu sampai 38 kg," tutur Dawami.
Ia menambahkan konsumsi ayam turun pada bulan-bulan tertentu, misalnya Agustus. Sebab, orang Jawa jarang menyelenggarakan pesta pada Agustus 2022 atau Bulan Suro.
"Suro itu orang-orang Jawa tidak akan ada pesta, itu akan mengurangi konsumsi. Di sisi lain jumlah ayam tetap, jadi wajar harga turun," pungkas Dawami.
CNNIndonesia.com masih mencoba untuk meminta penjelasan kepada Malindo, Charoen dan SUJA terkait keluhan peternak sampai berita ini diturunkan.
(aud/agt)