Pengamat sekaligus Direktur Energy Watch Mamit Setiawan menyebut harga minyak dunia masih akan bergerak fluktuatif ke depan. Dampaknya bagi Indonesia, beban biaya pokok produksi bakal turun.
Jika demikian, maka harga BBM umum atau nonsubsidi akan ikut menyesuaikan. Namun, Mamit mengingatkan untuk BBM jenis Pertamax saat ini harganya sudah di bawah harga keekonomian.
"Maka bisa dipastikan, harga BBM umum belum akan turun. Nanti jika sudah ekonomis, menyesuaikan dengan keekonomian akan mengikuti perkembangan harga minyak dunia," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (2/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Ia memprediksi harga minyak mentah akan berada di kisaran US$95-US$100 per barel. Adapun, minyak berjangka Brent menjadi acuan harga impor minyak Indonesia. Bukan minyak West Texas Intermediate (WTI).
Dari sana, ia melanjutkan indikator global, seperti ancaman resesi ekonomi AS akan menekan permintaan BBM. Belum lagi, kebijakan zero covid-19 yang mengakibatkan penguncian wilayah China membuat pasar khawatir kebanjiran pasokan.
"OPEC dan sekutunya pun (OPEC+) sudah mengatakan ada kelebihan produksi dan perlu ada pemangkasan. Melihat kondisi ini, harga minyak bertahan di level US$95-US$100 per barel," terang Mamit.
Diketahui, harga minyak dunia beberapa waktu belakangan terus menunjukkan penurunan.
Hari ini saja, harga minyak WTI untuk pengiriman Oktober anjlok 3,3 persen menjadi US$86,61 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sedangkan, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November merosot 3,4 persen ke US$92,36 per barel di London ICE Futures Exchange.