OJK Pede Pertumbuhan Kredit Tetap Terdorong Meski Harga BBM Naik

CNN Indonesia
Senin, 05 Sep 2022 22:10 WIB
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar meyakini kenaikan harga pertalite dan solar akan mendorong pertumbuhan kredit di bank.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar meyakini kenaikan harga pertalite dan solar akan mendorong pertumbuhan kredit di bank. (CNN Indonesia/ Feri Agus Setyawan).
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar meyakini kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite dan solar tak akan berpengaruh ke minat masyarakat untuk mengambil kredit di bank.

Ia justru yakin hal itu tetap mendorong minat masyarakat untuk mengambil kredit di bank. Hal tersebut terjadi seiring dengan kepercayaan diri pemerintah bahwa ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh meski harga BBM naik.

Menurut Mahendra, karena faktor itu, debitur atau pelaku usaha di sektor riil akan meningkat produksi atau berinvestasi. Nah, untuk meningkatkan produksi, para pelaku usaha akan meminjam dana ke bank.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena baik kepastian dan confidence maupun elemen kenaikan harga yang diprakirakan akan terjadi karena penyesuaian (harga) BBM, memberikan sinyal peningkatan pasokan produksi untuk penuhi permintaan di Indonesia. (Hal itu) dapat direspons dengan meningkatnya investasi dan meningkatkan pasokan kebutuhan," ungkap Mahendra dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB), Senin (5/9).

Dalam kesempatan sama, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyebut fungsi intermediasi perbankan meningkat, dengan kredit tumbuh sebesar 10,71 persen secara tahunan (yoy pada Juli 2022. Hal ini didorong peningkatan kredit jenis modal kerja dengan kategori debitur korporasi.

"Namun demikian, secara nominal kredit perbankan sedikit menurun sebesar Rp17,54 triliun menjadi Rp6.159,33 triliun," kata Dian.

Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada tumbuh sebesar 8,59 persen yoy Juli 2022. Namun, angka ini masih melambat jika dibandingkan bulan sebelumnya, yakni 9,13 persen yoy. Hal ini didorong oleh perlambatan giro sejalan dengan normalisasi kebijakan moneter Bank Indonesia (BI).

[Gambas:Video CNN]

Dia memaparkan likuiditas industri perbankan pada Juli 2022 pun masih berada pada level yang memadai. Hal tersebut terlihat dari rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit dan Alat Likuid/DPK masing-masing sebesar 124,45 persen dan 27,92 persen, terjaga di atas ambang batas ketentuan masing-masing pada level 50 persen dan 10 persen.

Lebih lanjut, ia mengatakan fungsi intermediasi perbankan di daerah pada Juli 2022 dalam kondisi terjaga dengan kecenderungan peningkatan penyaluran dana yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penghimpunan dana. Oleh karena itu, LDR posisi Juli 2022 yang mencapai 76,51 persen, meningkat dibandingkan Juni 2022 yang hanya 73,13 persen.

Sementara itu, likuiditas perbankan daerah pada Juli 2022 berada pada level yang memadai sebagaimana tercermin pada AL/NCD dan AL/DPK yang berada di atas threshold, masing masing 118,21 persen dan 24,17 persen.

Adapun profil risiko perbankan pada Juli 2022 masih terjaga dengan rasio NPL net perbankan tercatat sebesar 0,82 persen (NPL gross: 2,90 persen). Sementara itu, Posisi Devisa Neto (PDN) Juli 2022 tercatat sebesar 1,77 persen atau berada jauh di bawah threshold sebesar 20 persen.

Tidak hanya itu, industri perbankan juga mencatatkan peningkatan CAR menjadi sebesar 24,92 persen.

"Di tengah berbagai tekanan yang dihadapi perekonomian global saat ini, pertumbuhan kredit diproyeksikan akan terus meningkat tahun 2022 seiring pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan masih cukup baik dibandingkan negara-negara lainnya," tandas Dian.

(mrh/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER