PT Adaro Energy Tbk (ADRO) buka suara perihal DBS, bank markas Singapura yang berhenti menyalurkan pendanaan kepada perusahaan batu bara.
Kepala Komunikasi Perusahaan Adaro Febriati Nadira menghormati keputusan DBS. Namun, ia menyebutkan saat ini tidak terlalu memusingkan putusan DBS karena perusahaan sedang tidak memerlukan kebutuhan pembiayaan dalam waktu dekat.
"Well noted on their decision. Saat ini, Adaro Indonesia tidak memiliki kebutuhan pembiayaan segera," ujar Febriati kepada CNNIndonesia.com, Kamis (8/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Menurutnya, jikapun suatu saat Adaro membutuhkan pembiayaan, pihaknya akan memanfaatkan dana yang tersedia baik dari utang atau ekuitas.
"Ketika kebutuhan muncul, kami akan mengeksplorasi dan mengevaluasi opsi pendanaan yang tersedia baik dari pasar utang atau ekuitas," kata Febriati.
Sebelumnya, DBS hengkang dari pendanaan Adaro buntut masalah perubahan iklim. Keputusan DBS menyusul langkah Standard Chartered yang sudah lebih dulu menghentikan pendanaan ke perusahaan tersebut.
Lihat Juga : |
Juru bicara DBS menyatakan pihaknya tidak berniat untuk memperbarui pendanaan jika perusahaan tersebut masih didominasi batu bara termal.
"Eksposur kami di anak perusahaan Adaro yang terlibat di sektor batu bara termal akan berkurang secara signifikan pada akhir 2022. Kami tidak ada niat untuk memperbarui pendanaan jika entitas bisnis tersebut masih didominasi batu bara termal," tutur juru bicara DBS dalam keterangan resmi.
DBS berkomitmen untuk mengurangi eksposur batu bara hingga nol pada 2039. Menurut DBS, batu bara merupakan industri yang akan hilang di masa depan (sunset). Hal itu yang mendorong investor meninggalkan perusahaan batu bara.