Intip Peta Persaingan Harga Minyak Dunia vs Minyak Rusia

CNN Indonesia
Senin, 12 Sep 2022 12:28 WIB
Harga minyak Rusia disebut lebih murah ketimbang Brent dan WTI. Bagaimana peta persaingan harga minyak dunia saat ini? (AFP/Ian Timberlake).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak dunia cenderung meningkat setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 lalu.

Kenaikan harga minyak global ini pun berimbas pada perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Di Tanah Air, kenaikan harga minyak global membuat harga BBM dalam negeri ikut naik.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mengatakan anggaran untuk subsidi energi jebol hingga Rp502,4 triliun dari anggaran awal Rp152,5 triliun.

Terbaru, Jokowi menunjukkan ketertarikannya untuk mengimpor minyak dari berbagai negara, termasuk Rusia.

Ia mengaku saat ini tengah memantau semua opsi, termasuk mengimpor minyak dari negara yang menjualnya dengan harga yang lebih murah.

"Semua opsi selalu kami pantau. Jika ada negara (dan) mereka memberikan harga yang lebih baik, tentu saja," kata Jokowi, dikuti dari CNA, Senin (12/9).

Lalu, seperti apa peta persaingan harga minyak global ini?

Minyak mentah Rusia (Ural)

Negeri Beruang Merah memproduksi beberapa jenis minyak mentah yang berbeda. Namun, campuran ekspor utamanya adalah Ural, yang merupakan minyak mentah masam sedang.

Dilansir dari Statista, harga rata-rata bulanan Ural adalah sekitar US$74,7 per barel pada Agustus 2022. Angka ini bahkan turun jika dibandingkan bulan sebelumnya, US$78,4 per barel.

Minyak mentah Rusia ini sepat anjlok ke harga terendahnya pada April 2020, saat pandemi covid-19 menyerang, yakni ke level US$18,2 per barel.

Sejak saat itu, harga minyak ini memang fluktuatif dan menyentuh level tertinggi pada Februari 2022, yakni US$92,2 per barel.

Setelah invasinya ke Ukraina pada Februari 2022 lalu, terpantau harga minyak Rusia anjlok ke level US$89,1 per barel pada Maret. Lalu, merosot lagi ke level US$70,5 per barel pada April. Angka ini merupakan level terendah harga minyak Rusia setelah perang.

Brent

Dilansir dari Reuters, per hari ini minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November naik 4,1 persen menjadi US$92,84 per barel di London ICE Futures Exchange.

Harga Brent memang fluktuatif. Harga minyak ini tercatat naik 24,28 persen selama satu tahun belakangan (yoy).

Mengutip Market Watch, harga Brent juga naik 17,47 persen secara year to date (ytd). Meski demikian, dalam tiga bulan terakhir harga Brent melemah 25,17 persen.

Di awal 2022, Brent dibanderol US$78,98 per barel. Sejak itu, harganya terus mendaki sampai menyentuh level tertinggi pada 3 Agustus 2022, yakni US$127,98 per barel.

Harga Brent yang menyentuh level di atas US$100 per barel ini merupakan tertinggi sejak 2014. Saat itu, Brent sempat dibanderol US$107,57 per barel.

West Texas Intermediate (WTI)

Sementara itu, pe hari ini minyak mentah berjangka WTI untuk pengiriman Oktober dibanderol US$86,79 per barel di New York Mercantile Exchange. Angka ini naik 3,9 persen dibandingkan perdagangan sebelumnya.

Harga WTI secara tahunan meningkat 20,93 persen. Sedangkan, secara ytd harga WTI naik 13,24 persen.

Sama seperti Brent, dalam tiga bulan terakhir harga WTI cenderung turun. Yakni, minus 29,4 persen. Adapun dalam sebulan terakhir WTI turun 2,75 persen.

Di awal 2022, harga WTI berada di level US$76,08 per barel. Harga minyak yang sering dijadikan acuan harga minyak global ini terus mendaki sampai menyentuh level tertinggi pada 3 Agustus 2022, yakni US$123,7 per barel.

Adapun harga terendah WTI terjadi pada awal 2021, yakni di level US$65,57 pe barel.



(mrh/bir)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK