Sri Lanka emoh disebut kere meski meminta Bank Dunia untuk menggelontorkan utang, sebuah upaya yang biasanya ditawarkan ke negara-negara miskin.
Negara kepulauan berpenduduk 22 juta itu memang tengah menghadapi krisis ekonomi terburuk lebih dari tujuh dekade. Ekonomi Sri Lanka menyusut 8,4 persen pada kuartal II/2022 dari tahun lalu.
Oleh karena itu, ada niatan mengubah status menjadi negara berpenghasilan rendah agar bisa mendapatkan bantuan Bank Dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Pada 2021, Bank Dunia mendefinisikan negara berpenghasilan rendah sebagai bangsa dengan pendapatan per kapita US$1.085 atau kurang.
Namun, pihak Presiden Ranil Wickremesinghe menegaskan perubahan status tersebut tidak akan terjadi.
"Sri Lanka akan tetap menjadi negara berpenghasilan menengah," bunyi rilis dari Kantor Kepresidenan Sri Lanka, dikutip dari Reuters, Selasa (11/10).
"Kami akan meminta Bank Dunia untuk memberikan Sri Lanka kelayakan untuk mendapatkan pinjaman yang ditawarkan oleh International Development Association (IDA)," lanjut pernyataan tersebut.
IDA merupakan cabang Bank Dunia yang membantu negara-negara termiskin di dunia untuk mengurangi kemiskinan dengan memberikan pinjaman dan hibah tanpa bunga rendah.
Sri Lanka dilanda krisis dan kebangkrutan. Krisis tersebut merupakan imbas dari salah urus ekonomi selama bertahun-tahun dan pandemi covid-19 yang pada akhirnya membuat gagal bayar atas utang negara.
Kesengsaraan Sri Lanka memuncak pada Juli 2022 ketika Presiden Gotabaya Rajapaksa meninggalkan negara itu dan mengundurkan diri setelah protes publik yang diwarnai kekerasan.
Setelah pengunduran diri itu, pengganti Rajapaksa, Ranil Wickremesinghe telah berhasil mencapai kesepakatan awal dengan IMF. Kesepakatan tersebut akan memberi Sri Lanka pinjaman sebesar US$ 2,9 miliar.