Harga minyak mentah dunia menguat pada akhir perdagangan Kamis (13/10), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan terjadi setelah turun tiga sesi berturut-turut.
Dilansir dari Reuters, penguatan terjadi lantaran tingkat persediaan minyak diesel yang rendah menjelang musim dingin memicu permintaan minyak mentah. Kondisi itu membalikkan kerugian di tengah tingginya stok minyak mentah dan bensin.
Tercatat, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk pengiriman November naik US$1,84 atau 2,1 persen ke US$89,11 per barel di New York Mercantile Exchange.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember sebesar US$2,12 atau 2,3 persen, menjadi US$94,57 per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga minyak mendapat dorongan dari penurunan stok minyak sulingan AS.
Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan persediaan bahan bakar distilasi yang meliputi minyak diesel dan pemanas negara itu turun 4,9 juta barel selama pekan yang berakhir 7 Oktober, jauh melebihi ekspektasi untuk penurunan 2 juta barel dan membawa persediaan menjadi 106,1 juta barel, terendah sejak Mei.
Hal itu meredam dampak kenaikan stok bensin sebesar 2 juta barel dan persediaan minyak mentah yang mendekati 10 juta barel dalam persediaan minyak mentah.
"Bagian yang paling mengganggu dari laporan (EIA) adalah persediaan minyak penyulingan jauh di bawah rata-rata. Musim dingin akan datang," ujar Analis Price Futures Group Phil Flynn.
Di sisi lain, prospek permintaan energi yang lebih lemah di tengah perlambatan ekonomi global terus menekan harga. Investor masih tetap khawatir kenaikan inflasi akan mengurangi permintaan bahan bakar.
Dalam laporan bulanan terbaru, Badan Energi Internasional (IEA) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia baik untuk tahun ini maupun tahun depan di tengah hambatan ekonomi yang lebih kuat.
IEA menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak menjadi 1,9 juta barel per hari dan pada 2023 menjadi 1,7 juta barel per hari.
Selain itu, IEA juga memperingatkan keputusan OPEC+ minggu lalu untuk memangkas pasokan sebesar 2 juta barel per hari (bph) dapat memicu resesi global.