Survei National Association for Business Economics (NABE) mengungkap hampir dua pertiga ekonom perusahaan-perusahaan di AS percaya ekonomi negaranya sudah terkena resesi.
Setidaknya, resesi masih akan dialami dalam 12 bulan ke depan. Survei yang dilakukan terhadap 55 orang ekonom pada awal Oktober 2022 itu juga menunjukkan ekonomi AS sudah melambat.
Perlambatan ekonomi AS terutama terjadi karena kenaikan suku bunga yang disebut sebagai risiko penurunan terbesar bagi perusahaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Survei tersebut juga menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan melambat, upah meningkat, dan belanja modal menurun.
Ketua Survei Kondisi Bisnis NABE Jan Hogrefe mengatakan hanya sepertiga responden yang melaporkan peningkatan penjualan di perusahaan mereka selama kuartal III 2022. Sementara sisanya mengklaim penjualan di perusahaan menurun.
"Margin keuntungan telah berkontraksi, secara seimbang, dengan lebih banyak responden melaporkan penurunan daripada kenaikan margin keuntungan untuk pertama kalinya sejak pertengahan 2020," ujarnya seperti dikutip dari CNN Business, Senin (24/10).
Ekonomi AS telah terbebani oleh inflasi yang melambung selama berbulan-bulan. Inflasi di Negeri Paman Sam tercatat menyentuh 8,2 persen pada September 2022.
Realisasi ini turun jika dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi masih di atas ekspektasi pasar yang sebesar 8,1 persen.
Merespons lonjakan inflasi itu, bank sentral AS alias The Fed menaikkan suku bunga untuk menekan lonjakan harga-harga.
Lonjakan inflasi sendiri telah mengakibatkan kenaikan harga di tingkat perusahaan. Sebanyak 52 persen responden mengatakan harga yang ditetapkan perusahaan naik pada kuartal ketiga 2022.
Sementara, sebanyak 9 persen responden mengindikasikan harga turun, bagian terbesar yang dilaporkan sejak Januari 2021.
Pemicu kenaikan harga tersebut pun disinyalir sebagai salah satu dampak dari kenaikan upah. Tercatat, 62 persen responden mengatakan bahwa gaji di perusahaan mereka meningkat selama kuartal ketiga.