Nilai tukar rupiah berada di level Rp15.622 per dolar AS pada Selasa (25/10) sore. Mata uang Garuda melemah 37 poin atau 0,24 persen dari perdagangan sebelumnya.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp15.616 per dolar AS.
Mata uang di kawasan Asia terpantau bergerak bervariasi. Yen Jepang melemah 0,03 persen, baht Thailand melemah 0,08 persen, peso Filipina menguat 0,14 persen, won Korea Selatan menguat 0,45 persen, dan yuan China melemah 0,63 persen
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dolar Singapura juga melemah 0,07 persen dan dolar Hong Kong terpantau stagnan pada penutupan perdagangan sore ini.
Begitu juga dengan mata uang utama negara maju yang bergerak bervariasi. Tercatat euro Eropa melemah 0,03 persen, poundsterling Inggris menguat 0,42 persen, dan franc Swiss melemah 0,14 persen.
Lalu, dolar Australia menguat 0,27 persen, dan dolar Kanada melemah 0,05 persen.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pelemahan dolar masih disebabkan oleh faktor eksternal, yakni jelang Federal Open Market Committee (FOMC) meeting pada awal bulan depan.
"Kita lihat memang dari kemarin posisi investor masih wait and see menantikan keputusan The Fed yang diperkirakan masih akan tetap hawkish pada rapat November nanti," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Selain itu, The Fed yang diperkirakan tetap melanjutkan era suku bunga tinggi membuat permintaan akan dolar AS makin tinggi. Sehingga, banyak mata uang negara di dunia melemah, termasuk Indonesia.
"Ekspektasi akan kenaikan suku bunga The Fed ini mendorong permintaan dolar yang meningkat dan berimbas ke penguatan dolar AS ke mata uang dunia," jelasnya.