Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan tenaga surya berperan besar dalam transisi energi di Indonesia.
Pasalnya, ia menyebut 89 persen dari 3.600 gigawatt potensi EBT berasal dari tenaga surya.
"Indonesia memiliki berbagai sumber energi terbarukan, lebih dari 3.600 gigawatt di seluruh Indonesia, di mana 89 persen dari potensi tersebut berasal dari energi surya," ujar Arifin dalam Advancing G20 Solar Leadership, Kamis (27//10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demi mendorong pemanfaatan energi surya tersebut, pemerintah kata Arifin sudah menurunkan biaya pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 88 persen dari US$41,7 sen per kWh pada 2010 ke US$4 sen per kWh pada 2021.
Arifin menambahkan menteri energi negara-negara G20 telah berkomitmen mendorong investasi dan mengembangkan energi berkelanjutan dengan menggunakan teknologi tanpa emisi.
"Selain masalah keuangan, teknologi juga masalah yang sangat penting dalam akselerasi transisi energi, menurut IEAA hanya 50 persen dari teknologi tersedia untuk mendukung transisi energi," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Staf Presiden Moeldoko menyebut pengembangan energi terbarukan (EBT) di Indonesia tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) misalnya, waktu yang dibutuhkan di atas 10 tahun.
"Program EBT memang tidak bisa secepat itu ya. Sebagai contoh kita membangun PLTA perlu waktu lama, rata-rata di atas 10 tahun," ujarnya dalam webinar Capaian Kerja Pemerintah, Jumat (21/10).
Sementara itu untuk PLTS, pembangunan juga harus memperhatikan teknologi yang digunakan agar Indonesia tidak mengimpor dari negara lain. Pasalnya Indonesia memiliki pasir silika yang merupakan bahan baku pembuatan lempengan sel panel surya.
Moeldoko mengatakan pemerintah terus mengembangkan EBT melalui sejumlah program, seperti Program Strategis Nasional (PSN) Pabrik Katalis Merah Putih yang diproyeksikan dapat menghasilkan katalis untuk memproduksi green fuel. Pembangunan program ini telah mencapai 47,19 persen.
"Sehingga kita harapkan kalau ini jadi akan memperkuat program EBT," ujar Moeldoko.
Kemudian, program Green Refinery oleh PT Pertamina (Persero) di Cilacap, Jawa Tengah. Program kilang BBM berbasis minyak sawit mentah atau CPO ini diperkirakan berkapasitas 20 ribu barel per hari.