Indeks manajer pembelian (PMI) non manufaktur China pada Oktober 2022 turun di level 48,7 akibat kebijakan lockdown covid-19 yang berdampak pada sektor konsumsi.
Biro Statistik Nasional (NBS) China melaporkan pada Senin (31/10) bahwa PMI non-manufaktur Negeri Tirai Bambu tersebut turun ke angka 48,7 dari bulan sebelumnya yang masih menyentuh 50,6.
Angka di atas 50 poin mengindikasikan pertumbuhan atau ekspansi dalam aktivitas. Sementara, angka di bawahnya menandakan kontraksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penurunan PMI non-manufaktur China hingga menyentuh di bawah angka 50 sebelumnya terjadi pada Maret hingga Mei 2022. Di mana tercatat di angka 48,4 lalu anjlok ke 41,9 dan perlahan bangkit ke 47,8 pada Mei.
Setelah itu, PMI non-manufaktur China stabil di atas 50 hingga September 2022.
Tak hanya PMI non manufaktur, PMI manufaktur China rupanya juga menurun. Aktivitas pabrik di Negeri Tirai Bambu itu turun pada bulan ini karena melemahnya permintaan global dan pembatasan ketat covid-19.
Mengutip Reuters, PMI manufaktur China kini berada di angka 49,2 dari 50,1 pada September lalu.
Sebelumnya, ekonom dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan PMI China akan mencapai angka 50 dengan tidak ada perubahan dalam laju aktivitas.
PMI manufaktur China sebagian besar berfokus pada perusahaan besar dan milik negara. Ada juga PMI manufaktur Caixin sektor swasta yang lebih berpusat pada perusahaan kecil dan wilayah pesisir, akan diterbitkan pada Selasa (1/11).
Khusus untuk PMI komposit resmi China yang mencakup aktivitas manufaktur dan jasa, berada di angka 49. Ini juga mengalami penurunan dari 50,9 pada bulan sebelumnya.
Para ekonom melihat kebijakan nol-covid China saat ini sebagai kendala utama pada ekonomi dan memperkirakan pembatasan akan tetap berlaku untuk beberapa waktu setelah Kongres Partai Komunis yang memenangkan Xi Jinping sebagai pemimpin tiga periode.
Itu telah menimbulkan kekhawatiran bahwa kepemimpinan politik baru China bakal memprioritaskan pengendalian covid-19 di atas pertumbuhan ekonomi.
Ekonom memperkirakan China akan kehilangan target pertumbuhan tahunan sekitar 5,5 persen, dengan perkiraan pertumbuhan 2022 sebesar 3,2 persen saja. Selanjutnya, proyeksi pertumbuhan China baru akan meningkat hingga 5,0 persen pada 2023.