PT PLN (Persero) memperkirakan kebutuhan listrik di Bali meningkat sebesar 25 persen selama gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada pertengahan November mendatang dari 846 MW menjadi 980 MW.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan sebagai salah satu upaya perseroan mengamankan pasokan listrik di Pulau Dewata adalah mengoperasikan relokasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Grati 1x100 megawatt (MW) dari Jawa Timur ke Pesanggaran, Bali.
"Dengan relokasi PLTG Grati ke Pesanggaran, saat ini daya mampu PLN untuk Subsistem Bali ada di angka 1.422 MW. Artinya kita masih punya 442 MW dari perkiraan beban maksimal untuk penyelenggaraan KTT G20. Saat ini saya cek persiapannya sudah siap untuk menjaga keandalan listrik," ujar Darmawan dalam peresmian relokasi PLTG Grati yang dilaksanakan di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali pada Selasa (1/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Darmawan, relokasi itu sekaligus menjawab kepercayaan pemerintah untuk mengamankan pasokan listrik dalam penyelenggaraan KTT G20.
"PLN telah diamanahkan untuk menerangi Tanah Air dan juga mendukung perhelatan agenda level dunia yakni KTT G20 di Pulau Dewata. Agenda ini akan kami kawal langsung dan kami pastikan dapat rampung sesuai dengan apa yang telah direncanakan," ujarnya.
Selain melakukan relokasi pembangkit, perseroan juga memastikan keandalan transmisi dan distribusi. Sebut saja dengan penguatan transmisi, gardu induk, peremajaan peralatan asessment, serta perbaikan proteksi.
Darmawan mengatakan pihaknya menjalankan secara detil berbagai action program untuk memastikan keandalan pasokan listrik di Bali selama KTT G20 berlangsung.
Sementara, untuk siaga pelaksanaan G20, PLN menyiapkan 1.079 personel dengan 62 posko siaga. "Kami juga merancang klasifikasi pengamanan untuk beberapa venue, khusus seperti bandara, hotel, kawasan wisata, hingga rumah sakit," ujarnya.