Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut PT PLN (Persero) siap mengembangkan potensi energi bersih yang dimiliki Indonesia sebesar 437 gigawatt (GW). Dengan demikian, komitmen mempercepat transisi energi guna mencapai target net zero emission pada 2060 menjadi sangat mungkin dilakukan.
"Pak Darmawan (Direktur Utama PLN) menyebutkan dan mengingatkan saya bahwa hingga tahun 2060 potensi investasi energi terbarukan sekitar US$700 miliar. Jadi ini kue besar. Makanya saya sangat percaya diri bahwa Indonesia bisa mempercepat transisi energi, karena begitu banyak potensi yang bisa kita lakukan di negara ini, jika kita kelola dengan baik," ungkap Luhut dalam BNEF Summit di Nusa Dua, Bali, Sabtu (12/11).
Dengan besarnya potensi EBT yang dimiliki Indonesia, Luhut menilai hal ini bisa menjadi peluang kerja sama bagi seluruh negara global untuk bersama menurunkan emisi karbon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anda bisa melihat, Indonesia berkomitmen untuk net zero emission 2060 atau lebih cepat. Dan kembali, saya yakin kita bisa mewujudkan hal itu lebih cepat. Teknologi dan teamwork, dan kami belajar," kata Luhut.
Pada kesempatan yang sama, Dirut PLN Darmawan Prasodjo menilai langkah transisi energi ini perlu dilakukan untuk menjamin masa depan anak bangsa. Darmawan menyatakan, hal itu juga menjadi nilai yang diusung PLN dalam komitmen transisi energi.
"Dalam hal ini PLN memutuskan bahwa kita punya komitmen penuh untuk melakukan itu. Kita melakukan bukan hanya karena ada perjanjian internasional. Bukan hanya karena suatu kebijakan. Kita melakukan itu karena kita betul-betul peduli," ujar Darmawan.
Saat ini, PLN telah melakukan berbagai upaya dalam agenda transisi energi. Selain gencar membangun pembangkit berbasis EBT, PLN juga mendorong ekosistem kendaraan listrik hingga bisa menurunkan angka ketergantungan energi fosil di tengah tantangan target net zero emission dan krisis energi.
"Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa dalam waktu dekat, energi bersih akan menjamin ketahanan dan keterjangkauan energi," kata Darmawan.
Lebih lanjut, Darmawan memberi contoh penggunaan gas alam sebagai salah satu strategi penting dalam transisi energi selain pada pengembangan EBT dalam jangka pendek. Sementara dalam jangka panjang, PLN berfokus pada pengembangan energi terbarukan skala besar yang dikombinasikan dengan penyimpanan energi dan interkoneksi.
"Kita sudah berhasil menghapus 13 GW pembangkit listrik batu bara dalam fase perencanaan. Artinya apa kita sudah bisa menghindari CO2 emisi sebesar 1,8 miliar ton selama 25 tahun," ujar Darmawan.
Tak sampai di sana, PLN pun mengubah perencanaan pembangunan pembangkit batubara sebesar 1,1 GW menjadi berbasis energi bersih, dan 880 MW pembangkit batu bara yang dikonversi menjadi berbasis gas.
"Kita juga membangun RUPTL yang sangat agresif dalam menambahkan EBT sebesar 20.9 GW atau 51.6 persen penambahan pembangkit dari 2021-2030 itu berbasis EBT. Ini adalah RUPTL yang terhijau dalam sejarah PLN maupun dalam sejarah Indonesia," papar Darmawan.
Ditambahkan, dari upaya tersebut tahun ini PLN mampu menurunkan emisi hingga 35 juta ton. Jika tidak ada upaya maksimal, emisi karbon bisa mencapai 240 juta ton. Darmawan menegaskan, yang terpenting adalah menjadikan seluruh upaya tersebut sebagai operasional yang efektif di lapangan.
Karena itu, lanjutnya, perlu ada inovasi teknologi, pembiayaan, dan kebijakan yang memungkinkan energi terbarukan dikembangkan secara besar-besaran. PLN sendiri telah mengembangkan peta jalan yang komprehensif untuk mencapai net zero emission pada 2060.
"PLN berkomitmen penuh terhadap emisi nol bersih. Di masa lalu bisnis utama kami adalah menyediakan listrik bagi pelanggan, namun ke depan tugas utama PLN adalah menjaga lingkungan yang baik dan listrik menjadi salah satu produk bisnis perseroan," kata Darmawan.
(rea)