25.700 Buruh Pabrik Sepatu Kena PHK Karena Permintaan Turun 50 Persen

CNN Indonesia
Senin, 14 Nov 2022 14:20 WIB
Asosasi Persepetuan Indonesia mengungkapkan 25.700 pekerja industri sepatu sudah terkena PHK per Oktober 2022 ini akibat permintaan turun 50 persen.
Asosasi Persepetuan Indonesia mengungkapkan 25.700 pekerja industri sepatu sudah terkena PHK per Oktober 2022 ini akibat permintaan turun 50 persen. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri mengungkapkan 25.700 pekerja sudah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) per Oktober 2022 ini.

Jumlah tersebut ia klaim masih akan bertambah.

"Kalau yang terdampak PHK, data kami itu baru ada 8 perusahaan. Itu pun sudah di angka 25.700 (karyawan). Potensinya di Desember nanti akan terus bertambah sampai mungkin awal tahun depan," jelas Firman kepada CNNIndonesia.com, Senin (14/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Firman menjelaskan PHK massal ini terjadi karena penurunan permintaan industri sepatu yang sudah menyentuh 50 persen. Lebih lanjut, ia menjelaskan Desember nanti akan lebih banyak perusahaan yang mengalami penurunan permintaan.

Permintaan menurun dan order yang masuk masih kecil juga didorong oleh negara-negara tujuan ekspor Indonesia yang masih mengalami kelebihan stok.

"Masing-masing dari retailer, brand semua pegang inventori, kemudian pabrik kita juga sedang di-hold dulu jangan ekspor. Jadi stoknya menumpuk. Ini kalau belajar di 2020 lalu, ketika pasar domestik kita stoknya penuh semua dan tidak laku, butuh waktu 1 tahun lebih untuk order masuk lagi ke pabrik," jelas Firman.

Firman menegaskan  PHK ini beda dengan isu relokasi pabrik yang sudah berlangsung lama, bahkan sejak 2015. Menurutnya, perusahaan yang punya dua pabrik dengan perbedaan wilayah upah minimum (UMP/UMK) harus mengorbankan salah satunya.

[Gambas:Video CNN]

"Jadi karena pabrik yang terkena dampak penurunan order, yang satu di UMK tinggi di Tangerang, Banten lalu satunya lagi di Jawa Tengah. Dengan kondisi penurunan ini, yang pasti akan dikorbankan pertama, yang bebannya paling berat adalah di daerah yang UMK-nya tinggi," tuturnya.

"Makanya PHK ini masih berkisar di daerah dengan UMK tinggi, seperti Tangerang, Banten, Karawang, dan sebagainya. Namun, ada juga PHK di daerah yang upah minimumnya rendah, tapi mereka gak punya pabrik di daerah dengan UMK tinggi," sambungnya.

Kendati, Firman enggan merinci nama-nama perusahaan tersebut. Ia hanya ingin isu PHK karyawan tersebut tidak bias dengan adanya kabar relokasi beberapa pabrik ke Jawa Tengah.



(skt/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER