Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperingatkan sejumlah negara akan menghadapi risiko resesi imbas perang di Ukraina dan kenaikan harga pangan serta bahan bakar. Termasuk, faktor inflasi berkepanjangan dapat mengaburkan prospek ekonomi global.
"Ini mungkin tidak terjadi di mana-mana, tetapi beberapa negara utama berisiko jatuh ke dalam resesi," kata Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala dilansir dari Reuters, Rabu (16/11).
Okonjo-Iweala mengungkapkan dampak dari resesi ini bisa menjadi signifikan bagi negara miskin dan berkembang. Pasalnya, negara tersebut membutuhkan permintaan negara maju.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu saja, dampaknya bisa sangat signifikan bagi pasar negara berkembang dan negara miskin, yang membutuhkan permintaan dari negara maju," sambungnya.
Pada Oktober lalu, WTO memproyeksikan perdagangan global hanya naik 1,0 persen pada 2023. Proyeksi ini turun tajam dari perkiraan kenaikan 3,5 persen untuk tahun ini.
"Ada begitu banyak ketidakpastian dan sebagian besar risiko berada pada sisi buruknya. Seperti dampak dari perang di Ukraina," kata Okonjo-Iweala.
Ia pun mengaku telah meminta para pemimpin G20 untuk menghapus pembatasan ekspor pangan yang makin meningkat. Tindakan itu terbukti merugikan negara-negara miskin sebab sejumlah pihak menaikkan harga pangan.
Di antara beberapa titik terang yang dicatat Okonjo-Iweala, Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping juga bertemu di sela-sela KTT G20 untuk memperbaiki hubungan bilateral yang sempat tegang.
"Tak terlalu banyak yang bisa dibaca (soal pertemuan China-AS), tapi pertemuan dua ekonomi terbesar di dunia sudah menjadi hal baik. Tentu saja (percakapan) sehubungan dengan perdagangan, itu sangat membantu," tegasnya.