Harga Minyak AS Naik Berkat Isu Pemangkasan Produksi OPEC

Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) menanjak pada akhir perdagangan Senin (28/11), waktu AS. Penguatan harga terjadi berkat wacana pengurangan produksi OPEC+ yang mengimbangi kekhawatiran pembatasan ketat Covid-19 China.

Dilansir Antara, Selasa (29/11), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari naik 96 sen atau 1,3 persen, menjadi US$77,24. Di awal sesi, WTI sempat menyentuh level terendah sejak Desember 2021, US$73,60.

Sementara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari sempat berbalik positif. Namun, harganya merosot 44 sen atau 0,5 persen ke US$83,19 per barel, setelah merosot lebih dari 3 persen menjadi US$80,61 di awal sesi untuk level terendah sejak 4 Januari 2022.

Kedua harga acuan tersebut merosot selama tiga pekan berturut-turut.

"Kabar yang beredar adalah ada desas-desus bahwa OPEC+ sudah mulai melontarkan gagasan pengurangan produksi pada Minggu (27/11)," ujar Kepala Analis Minyak Kpler Matt Smith.

Kondisi itu, menurut Smith, membantu membalikkan kerugian yang disebabkan protes China.

Dalam catatan Analis Eurasia Group yang dirilis awal peka ini mengungkapkan melemahnya permintaan dari China dapat memacu Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia memangkas produksi.

Pada Oktober lalu, kartel minyak dunia itu sepakat mengurangi target produksinya sebesar 2 juta barel per hari hingga tahun 2023.

OPEC+ akan bertemu pada 4 Desember untuk membahas rencana pemangkasan itu.

Di sisi lain, aksi jual terjadi di tengah pembatasan covid-19 China. Pada Minggu (27/11) lalu, ratusan demonstran dan polisi bentrok karena pembatasan ketat China.

Lebih lanjut, Diplomat Kelompok Tujuh (G7) dan Uni Eropa telah membahas batas harga minyak Rusia antara US$65 hingga US$70 per barel untuk membatasi pemasukan Negeri Beruang Merah di tengah perang lawan Ukraina.

Rencananya, batas harga mulai berlaku pada 5 Desember ketika larangan Uni Eropa terhadap minyak mentah Rusia juga berlaku.

[Gambas:Video CNN]