Harga minyak anjlok 4 persen dalam perdagangan yang bergejolak Selasa (3/1) kemarin.
Mengutip Reuters, Rabu (4/1), harga minyak Brent berjangka untuk pengiriman Maret turun US$3,81 atau 4,4 persen ke US$82,10 per barel. Penurunan harga itu menjadi yang terbesar dalam lebih dari tiga bulan.
Sementara itu minyak mentah AS turun US$3,33 atau 4,1 persen menjadi US$76,93 per barel. Penurunan itu merupakan yang terbesar dalam lebih dari sebulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal pada awal sesi perdagangan, harga kedua kontrak minyak itu naik US$1 per barel. Analis menyebut minyak memang tertekan hebat oleh kekhawatiran pasar atas penurunan permintaan dari China yang merupakan pemakai minyak terbesar dunia.
"Ada banyak alasan untuk kekhawatiran di sini. Situasi covid-19 China yang menekan permintaan dan ketakutan akan resesi di masa mendatang memberikan tekanan pada pasar sehingga harga minyak tertekan," kata analis Mizuho Robert Yawger.
Apalagi pada saat bersamaan, pemerintah China menaikkan kuota ekspor untuk produk minyak sulingan pada gelombang pertama tahun ini. Langkah China itu semakin meningkatkan kekhawatiran pasar.
Pasar mengaitkan langkah China itu dengan spekulasi permintaan domestik yang buruk karena importir minyak mentah terbesar dunia terus berjuang melawan gelombang covid.
Selain itu penurunan harga minyak juga dipicu oleh pernyataan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva pada Minggu (1/1) lalu yang menyebut ekonomi Amerika Serikat, Eropa dan China, semuanya melambat secara bersamaan akan membuat 2023 lebih sulit dari tahun kemarin.
Minyak juga mendapatkan tekanan dari kenaikan dolar AS.