Nilai tukar rupiah bertengger di Rp15.567 per dolar AS pada Senin (9/1) sore. Mata uang Garuda menguat 65 poin atau 0,42 persen dari perdagangan sebelumnya.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp15.574 per dolar AS.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia berada di zona hijau. Yen Jepang melemah 0,01 persen, baht Thailand menguat 0,57 persen, peso Filipina menguat 0,91 persen, won Korea Selatan menguat 1,97 persen, dan yuan China menguat 0,78 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dolar Singapura juga menguat 0,61 persen dan dolar Hong Kong menguat 0,01 persen pada penutupan perdagangan sore ini.
Sedangkan, mata uang utama negara maju kompak berada di zona hijau. Tercatat euro Eropa menguat 0,45 persen, poundsterling Inggris menguat 0,51 persen, dan franc Swiss menguat 0,55 persen.
Lalu, dolar Australia menguat 0,81 persen, dan dolar Kanada menguat 0,36 persen.
Analis DCFX Lukman Leong mengatakan penguatan rupiah disebabkan oleh kondisi imbal hasil obligasi AS yang masih tertekan akibat sejumlah data ekonomi yang dirilis dan menekan nilai tukarnya.
"Rupiah menguat, dengan dolar AS masih terus tertekan dari data upah yang lebih rendah dan survey ISM service yang terkontraksi," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Selain itu, penguatan rupiah juga ditopang oleh data inflasi AS bulan ini yang diperkirakan bakal turun. Sehingga, investor melihat kebijakan The Fed bakal lebih dovish.
"Dengan absennya data domestik, pergerakan rupiah akan terus dipengaruhi oleh dolar AS, investor akan menantikan data inflasi AS Kamis, minggu ini yang diperkirakan akan hanya sedikit menurun ke 7 persen (yoy)," pungkasnya.