Layanan belanja daring JD.ID resmi mengumumkan akan menutup operasinya di Indonesia per 31 Maret 2023. Perusahaan akan memberi waktu bagi seluruh mitra pengguna dan penjual untuk menyelesaikan transaksinya hingga akhir Maret tahun ini.
"Dengan sangat menyesal kami mengumumkan JD.ID akan berhenti menerima pesanan mulai 15 Februari 2023 dan seluruh servis akan dihentikan efektif mulai 31 Maret 2023," tulis pengumuman JD.ID di website resmi Senin (30/1).
Lantas siapakah pemiliki JD.ID?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
JD.ID merupakan perusahaan patungan e-commerce China JD.com dan Provident Capital. Adapun JD.com didirikan oleh pengusaha China bernama Liu Qiangdong atau lebih dikenal dengan nama Richard Liu.
Richard Liu merupakan warga asli China yang lahir di desa kecil di wilayah luar Suqian. Ia dibesarkan di desa Chang'an di Provinsi Jiangsu.
JD.com ia bangun pada 2004 dan beberapa tahun kemudian berhasil menjadi salah satu raksasa platform belanja online serba ada di China.
JD.com juga berhasil menjadi perusahaan dengan IPO terbesar dari China di Amerika Serikat pada saat mulai diperdagangkan di NASDAQ.
Namun, Liu mundur dari posisi CEO JD.com pada April 2022 lalu karena tindakan keras pemerintah China terhadap pebisnis teknologi. Sejak itu, ia hanya bertugas mengawasi strategi jangka panjang JD.com dan memilih lebih banyak berada di belakang layar.
Sementara itu, JD.ID pertama kali beroperasi di Indonesia pada November 2015 dan saat ini memiliki 12 kategori pilihan produk, mulai dari produk untuk ibu dan anak, smartphones, perangkat elektronik, hingga produk luxury.
Selain jual beli online, JD.ID juga menyediakan jasa pengiriman yang menjangkau 365 kota di seluruh Indonesia, yakni JDL Express. Namun, JDL Express Indonesia tutup per 22 Januari 2023 lalu.
Rencana penutupan JDL Express Indonesia ini muncul setelah sebuah laporan mengatakan JD.com berencana untuk keluar dari Indonesia dan Thailand pada awal 2023. Perusahaan induk JD.ID, JD.com, kala itu dikabarkan tengah mencari calon investor untuk membeli bisnisnya di kedua negara tersebut setelah mencatatkan kerugian di pasar.