Harga minyak naik sekitar satu persen pada Kamis (16/3), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan terjadi usai kabar pertemuan Arab Saudi dan Rusia untuk membahas cara meningkatkan stabilitas pasar.
Dilansir Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka naik US$1,37 atau 1 persen menjadi US$74,70 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 74 sen atau 1,1 persen menjadi US$68,35 per barel.
Kenaikan tersebut mengakhiri kemerosotan yang dialami selama tiga hari berturut-turut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Media pemerintah Saudi melaporkan Menteri Energi Pangeran Abdulaziz bin Salman dan Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak bertemu di ibu kota Saudi untuk membahas upaya Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) dalam menjaga keseimbangan pasar.
Hasilnya, kedua negara tetap berkomitmen pada keputusan OPEC+ Oktober lalu untuk memangkas target produksi sebesar dua juta barel per hari hingga akhir 2023.
"Berita itu membangkitkan semangat di pasar, dan itu sudah diperkirakan mengingat aksi jual yang kita lihat selama beberapa sesi terakhir," ujar Partner Again Capital John Kilduff.
Di awal sesi Kamis, kedua kontrak turun lebih dari US$1 per barel mendekati posisi terendah 15 bulan. Pada Rabu lalu, minyak mentah AS turun di bawah US$70 per barel untuk pertama kalinya sejak 20 Desember 2021.
Harga minyak juga didukung oleh pemulihan di pasar keuangan setelah Credit Suisse mendapat bantuan dari regulator Swiss, dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen meyakinkan anggota parlemen bahwa sistem perbankan AS tetap sehat.
Penguatan harga minyak juga mendapat topangan dari pelemahan dolar AS yang membuat minyak berdenominasi greenback lebih murah bagi pemegang mata uang asing dan meningkatkan permintaan.
Kendati demikian, kekhawatiran kelebihan pasokan terus membebani pasar.
Pekan ini, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan stok minyak komersial di negara-negara maju OECD telah mencapai level tertinggi dalam 18 bulan. Selain itu, produksi minyak Rusia pada Februari tetap mendekati level yang tercatat sebelum perang di Ukraina, meskipun ada sanksi atas ekspor lintas lautnya.
"Sentimen pasar tetap rapuh karena investor terus mempertimbangkan perkembangan terbaru di sektor perbankan baik di AS maupun di Eropa," ujar Analis Pasar Keuangan Senior City Index Fiona Cincotta.
Keputusan Bank Sentral Eropa untuk menaikkan suku bunga seperti ekspektasi juga membebani harga minyak.
Analis OANDA Craig Erlam memperkirakan perdagangan minyak akan terus bergejolak, terutama jika bank sentral lain bertahan dengan kenaikan suku bunga.
"Pihak berwenang mungkin telah memberikan dukungan mereka di belakang sektor perbankan sambil mengelola keruntuhan lembaga tingkat menengah di AS, tetapi pelaku pasar masih jauh dari keyakinan bahwa yang terburuk ada di belakang kita," ujar Erlam.