Hasil riset JPMorgan Chase & Co menyebut 'bank paling rentan' di AS kemungkinan besar kehilangan simpanan hingga US$1 triliun atau Rp15 ribu triliun (asumsi kurs Rp15 ribu per dolar AS) dalam setahun terakhir.
Dari simpanan yang hilang tersebut, setengahnya raib setelah Silicon Valley Bank (SVB) kolaps pada Maret ini.
Namun, tim analis JPMorgan yang dipimpin oleh Nikolaos Panigirtzoglou tidak menyebutkan bank saja yang mereka kategorikan sebagai bank 'paling rentan' atau berapa banyak jumlahnya yang termasuk dalam kelompok ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketidakpastian yang dihasilkan oleh pergerakan simpanan dapat menyebabkan bank menjadi lebih berhati-hati dalam memberikan pinjaman," tulis JPMorgan dalam hasil riset dikuti dari reuters, Jumat (24/3).
"Risiko ini diperkuat oleh fakta bahwa bank menengah dan kecil memainkan peran besar yang tidak proporsional dalam pinjaman bank AS," imbuh catatan tertanggal 22 Maret tersebut.
Krisis perbankan di AS dimulai saat regulator menutup SVB dan Signature Bank pada awal bulan ini. Tindakan ini menandai kegagalan terbesar kedua dan ketiga dalam sejarah perbankan AS.
Kecepatan nasabah menarik uang dari dua bank tersebut memicu kekhawatiran bank rush menyebar ke lembaga lain, mendorong otoritas AS untuk menutup kedua bank.
Kegagalan juga memperkuat kekhawatiran nasabah sehingga bergegas memindahkan uang mereka ke bank yang lebih besar, aman dan memiliki bagian simpanan yang diasuransikan lebih besar.
Sebab, dari US$17 triliun total simpanan bank AS, hampir US$7 triliun tidak diasuransikan oleh Federal Deposit Insurance Corp (FDIC), tulis analis JPMorgan.
"Kenaikan suku bunga Fed telah mendorong pergeseran simpanan melalui saluran lain dengan menciptakan kerugian dalam portofolio obligasi bank yang pada gilirannya membuat deposan kurang nyaman dengan menyimpan simpanan yang tidak diasuransikan di bank dengan kerugian besar yang belum direalisasi pada kepemilikan obligasi," tulis JPMorgan.
Sementara itu, dari US$1 triliun simpanan yang ditarik dari perbankan AS yang paling rentan, setengahnya masuk obligasi pemerintah. Sedangkan setengah lainnya mendarat di bank AS yang lebih besar.