Pertamina Buka Suara soal LPG 3 Kg Langka dan Mahal di Pandeglang
PT Pertamina Patra Niaga membantah ada kelangkaan LPG 3 kg di Pandeglang, Banten. Gas melon tersebut diklaim tersedia di seluruh agen resmi Pertamina di kabupaten tersebut.
"Tidak ada kelangkaan. Ada 22 agen resmi LPG Pertamina di Kabupaten Pandeglang," kata Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat Eko Kristiawan kepada CNNIndonesia.com, Jumat (5/5).
Kendati, Eko tidak menampik ada keterlambatan pasokan dari pusat ke Pandeglang. Menurutnya, pasokan terganggu arus mudik Lebaran 2023.
Lihat Juga : |
"Kalau H-2 dan H-1 Lebaran memang sempat ada keterlambatan supply karena padatnya lalu lintas sebagai dampak arus mudik. Tapi setelah itu sampai sekarang sudah lancar dan pasokan serta stok aman dan mencukupi kebutuhan masyarakat," jelas Eko.
Di lain sisi, ia memaparkan bahwa secara umum konsumsi LPG 3 kg di regional Jawa Bagian Barat malah mengalami penurunan. Data Satgas Ramadan dan Idulfitri (RAFI) Pertamina per 2 Mei menunjukkan konsumsi turun hingga 23 persen.
Selain membantah isu kelangkaan, Eko menegaskan tidak ada lonjakan harga LPG 3 kg. Ia menyebut warga Pandeglang bisa membeli langsung di agen resmi sesuai harga eceran tertinggi (HET).
"Di pangkalan harga sesuai HET. Untuk mendapatkan LPG, masyarakat bisa langsung ke pangkalan resmi dan harganya pasti sesuai dengan HET," tutupnya.
Sementara itu, Usep, warga Desa Banjarnegara, Kecamatan Pulosari, Pandeglang sempat mengeluhkan kelangkaan gas melon. Jika pun stoknya tersedia, Usep menyebut harganya meroket hingga Rp30 ribu per tabung.
Ia mengaku sudah tidak dapat menemukan gas melon sejak H-4 Lebaran sehingga harus mencari ke kecamatan lainnya. Kendati sudah berkeliling ke kecamatan tetangga, Usep mengeluh kerap pulang dengan tangan kosong.
"Di Kecamatan Pulosari sudah pasti enggak bakal ada. Saya cari kadang sampai ke Kecamatan Menes, Kecamatan Saketi, itu juga belum tentu dapat. Kalau pun ada, harganya Rp28 ribu sampai Rp30 ribu, padahal biasanya Rp20 ribu," ungkapnya, Rabu (3/5).
Ade, pemilik warung kelontong di Desa Menes, Kecamatan Menes, juga mengeluhkan hal serupa. Ia bahkan terpaksa berhenti berjualan lantaran tidak mendapat pasokan.
Ia mengaku sempat menanyakan stok gas LPG 3 kg ke agen. Namun, menurut agen pasokan gas bersubsidi alias gas melon tersebut memang sulit didapat.
"Enggak ada barangnya, sudah dua hari (enggak jualan). Boro-boro mau jualan, ini mau masak saja enggak ada gas. Saya sempat nanya (ke agen), katanya langka dari sananya, enggak tahu di sana itu di mana," tuturnya.