Maskapai Etihad Airways dan Emirates Airlines dikabarkan menjajaki potensi merger. Kabar itu telah lama dibahas di antara para pakar penerbangan, terutama selama masa ekonomi yang sulit.
Melansir CNN, Jumat (12/5), rumor itu kembali muncul setelah kedua maskapai menyepakati kemitraan 'interline' pada awal bulan ini.
Adapun perjanjian interline adalah salah satu langkah paling awal yang diambil dua maskapai ketika mereka berencana untuk membangun kerja sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sudut pandang penumpang, konsep interlining bisa mempermudah perjalanan. Jika Anda terhubung dari penerbangan maskapai A ke maskapai B, interlining membuat Anda dapat mendaftarkan bagasi Anda dengan maskapai A dan tidak perlu mengambilnya di bandara penghubung untuk kemudian mendaftarkannya lagi ke maskapai B.
Namun, perjanjian antara Emirates dan Etihad ini tampaknya sedikit lebih luas dari itu.
"Pada tahap awal perluasan interline, masing-masing maskapai akan fokus untuk menarik pengunjung ke UEA dengan mengembangkan lalu lintas inbound interline dari titik-titik tertentu di Eropa dan China," kata kedua maskapai tersebut dalam pernyataan bersama tentang kemitraan.
Salah satu contohnya bisa dilihat pada penumpang yang berasal dari Eropa atau China. Sebelumnya, penumpang yang terbang ke Bandara Internasional Dubai dan ingin mengunjungi Masjid Agung Sheikh Zayed di Abu Dhabi harus turun dan terbang pulang dari Dubai.
Namun sekarang, penumpang bisa terbang ke Dubai dan keluar dari Abu Dhabi atau sebaliknya.
"Pelanggan yang bepergian ke UEA juga memiliki opsi 'penerbangan multi-kota', dengan pilihan untuk bepergian dari satu kota di jaringan kedua operator, dan dengan mudah kembali ke titik lain yang dilayani oleh Emirates atau Etihad," kata kedua maskapai tersebut.
Namun, langkah tersebut menimbulkan sejumlah pertanyaan. Salah satu pertanyaan besar yang selalu muncul adalah mengenai kemitraan antara keduanya. Seperti misalnya perjanjian timbal balik untuk keuntungan frequent flyer, penerbangan codeshare, dan bahkan merger.
Addison Schonland, partner di konsultan AirInsight Group mengatakan, prospek merger kedua maskapai terbilang kecil. Ia mencirikan perjanjian interline sebagai 'upaya pemasaran pariwisata regional'.
"Setiap kali Emirates dan Etihad mengumumkan inisiatif bersama, mereka ditanya apakah ini akan mengarah pada integrasi. Setiap kali jawabannya adalah tegas 'tidak'," kata Schonland.
Emirates dan Etihad merupakan maskapai penerbangan Uni Emirat Arab (UEA). Emirates didirikan pada 1985 dan berbasis di Dubai. Sementara Etihad didirikan pada 2003 dan berbasis di Abu Dhabi. Keduanya merupakan beberapa maskapai terbesar di dunia.