Kinerja industri manufaktur atau pabrik-pabrik di China merosot di level terendah sejak negara tersebut mengakhiri kebijakan nol covid pada Desember tahun lalu, ketika pemulihan ekonomi terus kehilangan momentumnya.
Pasar Asia tergelincir setelah data Mei dirilis, meskipun ada kesepakatan sementara antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy untuk meningkatkan batas utang AS, pada Selasa malam.
PMI Manufaktur China turun menjadi 48,8 pada bulan ini dari sebelumnya 49,2 pada April, menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional, Rabu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini merupakan kontraksi kedua berturut-turut. Pembacaan di atas 50 menunjukkan ekspansi, sedangkan di bawah tingkat itu menunjukkan kontraksi.
Indeks ini, yang terutama mencakup bisnis besar dan perusahaan milik negara, berada pada level terendahnya sejak Desember. Beijing menghapus sebagian besar pembatasan pandemi pada awal bulan itu, efektif mengakhiri kebijakan nol covid yang berlangsung selama tiga tahun.
Sementara itu, PMI non-manufaktur resmi, yang mengukur sentimen di sektor jasa dan konstruksi, turun menjadi 54,5 pada bulan Mei dari 56,4 pada April, juga merupakan level terlemah dalam empat bulan.
"Pemulihan ekonomi menghadapi tantangan," kata Zhiwei Zhang, presiden dan ekonom kepala di Pinpoint Asset Management, pada Rabu (31/5), dikutip CNN Business.
"Permintaan domestik melemah belakangan ini, sebagian disebabkan oleh pasar properti yang meredup dan gelombang kedua covid," imbuhnya.
Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini masih berada dalam tengah-tengah penurunan sejarah di pasar properti. Negara tersebut juga bersiap menghadapi gelombang baru covid-19.
Minggu lalu, Zhong Nanshan, seorang epidemiolog China, memprediksi gelombang kedua infeksi covid akan mencapai puncaknya pada akhir Juni, dengan sekitar 65 juta orang terinfeksi per minggu.