Harga minyak akhirnya berhasil bangkit alias rebound lebih dari 3 persen pada Rabu (14/6) berkat langkah Bank Sentral China.
Kebangkitan ini ditopang harapan meningkatnya permintaan setelah Bank Sentral China menurunkan suku bunga kredit jangka pendek untuk pertama kalinya dalam 10 bulan.
Kontrak berjangka Brent naik US$2,45 atau 3,4 persen menjadi US$74,29 per barel. Lalu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pun naik US$2,30 atau 3,4 persen menjadi US$69,42 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemarin (13/6), harga minyak anjlok sekitar 4 persen, sebagian karena kekhawatiran tentang ekonomi China setelah data ekonomi yang mengecewakan minggu lalu.
"Pasar menunjukkan rebound dari kemarin," kata analis Grup Price Futures Phil Flynn dikutip Reuters.
Merosotnya harga minyak dipicu kekhawatiran pasar jelang pertemuan FOMC The Fed. Investor berharap Bank Sentral AS itu menahan laju suku bunganya, terutama setelah data menunjukkan indeks harga konsumen (IHK) AS hampir tidak naik pada Mei.
Kenaikan suku bunga The Fed telah memperkuat dolar. Hal ini membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Bank Sentral Eropa diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada Kamis besok.
(pta)