Harga minyak dunia melonjak ke level tertinggi dalam satu pekan terakhir pada akhir perdagangan Kamis (15/6), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan terjadi berkat prospek permintaan yang menanjak seiring meningkatnya jumlah kilang yang beroperasi di China dan pelemahan dolar AS.
Dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli terangkat US$2,35 atau 3,44 persen ke US$70,62 per bare.
Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus sebesar US$2,47 atau 3,37 persen ke US$75,67 per barel di London ICE Futures Exchange.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua harga penutupan merupakan yang tertinggi sejak 8 Juni.
Kuwait Petroleum Corp memperkirakan permintaan minyak China akan terus meningkat pada tingkat yang pasti selama paruh kedua tahun ini.
Biro Statistik Nasional China melaporkan tingkat pengolahan (troughput) minyak mentah China pada Mei lalu melonjak 15,4 persen secara tahun ke tahun mencapai 62 juta ton.
"Jumlah kilang China mendorong reli harga minyak. Kemudian, tentu saja, Anda memiliki situasi makro dengan dolar (AS) turun sebagian karena jeda Federal Reserve AS dalam menaikkan suku bunga, sementara di Eropa mereka masih menaikkan suku bunga," ujar Analis Price Futures Group Phil Flynn.
Selain di China, penguatan permintaan juga diprediksi terjadi di Amerika Serikat. Biro Sensus AS mencatat penjualan ritel dan jasa makanan AS naik 0,3 persen menjadi US$686,6 miliar pada Mei 2023.
Pertumbuhan penjualan ritel dan jasa makanan yang lebih tinggi dari perkiraan pada Mei memantik harapan peningkatan permintaan dari Negeri Paman Sam.
Tak hanya itu, Analis Pasar Senior OANDA Edward Moya menilai harga minyak juga mendapat beberapa dukungan lantaran para pedagang energi memperkirakan pemulihan China akan membaik serta keraguan Wall Street terhadap kebijakan hawkish bank sentral AS The Fed.