Pertamina secara resmi meluncurkan 9 produk inovasi yang telah memiliki hak paten untuk mengolah minyak mentah (crude) menjadi produk petrokimia bernilai tinggi. Peluncuran ini dilakukan dalam acara Pertamina Research & Innovation Day di Grha Pertamina Jakarta, Kamis (22/6).
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan selain 9 produk inovasi tersebut, Pertamina saat ini telah memiliki 49 hak paten untuk hilirisasi minyak mentah (crude) menjadi produk petrokimia.
Pada saat yang sama, kata Nicke, ada lebih dari 200 program inovasi yang kini sedang digarap oleh Tim Research Technology and Innovation PT Pertamina (Persero).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nicke menerangkan, crude untuk chemical merupakan hal yang sangat penting untuk sustainability bisnis Pertamina. Apalagi saat ini lebih dari 80 persen chemical atau petrokimia masih diimpor dari luar.
"Jadi fokus kita hari ini bagaimana semua produk yang kita hasilkan hari ini bisa kita proses menjadi chemical untuk mengurangi impor. Import substitution itulah tagline utamanya," ujar Nicke.
Menurut Nicke, transisi energi secara global telah menuntut perusahaan-perusahaan energi melakukan perubahan dan berinovasi. Karenanya inovasi yang dilakukan Pertamina ini merupakan jawaban atas tantangan global yang dihadapi perusahaan-perusahaan energi tersebut.
"Di sisi lain kita tetap harus menjaga energy security, pada saat yang sama kita juga harus menjaga affordability (keterjangkauan) dan juga mulai membangun sustainability (keberlanjutan). Tiga hal ini harus sama-sama kita jalankan," imbuh Nicke.
Karena itu, lanjut Nicke, secara paralel Pertamina tetap harus menjaga ketahanan energi nasional di tengah hingar-bingar transisi energi global. Pertamina juga harus mendukung target negara untuk meningkatkan produksi migas hingga 1 juta barrel per hari.
"Security energy tetap kita jalankan namun dengan cara yang berbeda yang kita sebut dengan green operation dan dekarbonisasi yang menjadi program utama kita," ujar Nicke.
Lebih jauh Nicke menjelaskan, terkait transisi energi, Pertamina Group melalui berbagai inisiatif dan inovasinya telah berhasil menurunkan 31 persen karbon emisi dari total operasinya, mulai dari hulu sampai hilir. Angka ini bahkan melebihi target nasional penurunan karbon emisi sebesar 29 persen.
Dengan capaian ini, Pertamina menduduki ranking 2 dunia untuk kinerja ESG (Environmental, Social & Governance).
Menurut Nicke, Indonesia dengan sumber daya alamnya yang melimpah memiliki potensi new renewable energy sangat besar. Dimana Pertamina sudah mulai melakukan inovasi dengan bioenergy berbasis CPO dengan produk B35.
"Dengan B35 di tahun 2022 saja, selama setahun kita berhasil menurunkan karbon emisi sebanyak 28 juta ton, selain itu juga mengurangi impor sehingga menghemat devisa sebesar Rp122 triliun, jadi besar sekali dampaknya," terang Nicke.
Adapun pada peringatan HUT Kemerdekaan RI Agustus mendatang, Pertamina akan meluncurkan inovasi produk baru berbasis CPO. Sebelum itu, pada bulan depan, Pertamina juga akan meluncurkan inovasi produk bioethanol untuk gasoline berbasis tebu, singkong, jagung, dan sogum.
"Semua sumber nabati akan kita olah menjadi bioenergy, karena bagi Indonesia transisi energi bukan hanya sekadar menurunkan karbon emisi, tapi yang paling penting adalah mewujudkan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional," pungkas Nicke.
Pertamina sendiri sebagai pemimpin di bidang transisi energi berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG's).
Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.
(osc)