Aktivitas pabrik di China melambat sepanjang Juni 2023 lalu. Hal ini lantaran perusahaan kian khawatir dengan lesunya ekonomi.
Berdasarkan CNA yang dikutip pada Senin (3/7), PMI manufaktur China turun dari 50,9 pada Mei menjadi 50,5 pada Juni 2023. Meski demikian, realisasi ini cukup baik karena masih di atas level 50.
Angka PMI manufaktur di atas 50 mencerminkan aktivitas bisnis ekspansi. Sedangkan, angka di bawah 50 berarti aktivitas bisnis kontraksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PMI yang melemah ini menandakan bahwa China masih berjuang untuk mempertahankan pemulihan ekonomi usai pandemi covid-19. Pada awal tahun, penderita covid-19 di Beijing kembali menanjak dan menyebabkan kenaikan pengangguran hingga penurunan daya beli atau deflasi.
"Banyak data ekonomi baru-baru ini menunjukkan bahwa pemulihan China belum menemukan pijakan yang stabil, karena masalah utama termasuk kurangnya pendorong pertumbuhan internal, permintaan yang lemah, dan prospek yang meredup tetap ada," kata Wang Zhe, ekonom senior di Caixin Insight Group.
"Masalah yang tercermin dalam PMI manufaktur Caixin China Juni, mulai dari pasar kerja yang semakin mengerikan hingga meningkatnya tekanan deflasi dan memudarnya optimisme, juga menunjukkan kesimpulan yang sama," imbuhnya.
Survei PMI juga menunjukkan ada pelemahan pada pesanan baru untuk manufaktur baru di bulan lalu. Penjualan yang tertahan pun membuat beberapa pabrik menghentikan perekrutan karyawan untuk sementara waktu.
Bahkan, di beberapa perusahaan, jumlah tenaga kerja turun selama empat bulan berturut-turut. Pasalnya, tidak ada perekrutan menggantikan karyawan yang pensiun dan berhenti.
Melihat hal itu, kabinet mengusulkan agar pemerintah memberikan dukungan kepada masyarakat untuk menjaga daya belinya. Salah satunya, memberikan paket keringanan pajak sebesar US$72 miliar untuk kendaraan listrik.