PT Pertamina menerapkan dua inisiatif dalam upaya mencapai net zero emission pada 2060, yaitu dekarbonisasi bisnis dan pembangunan bisnis baru.
Dalam konferensi perayaan 20 tahun Chartered Financial Analyst (CFA) Society Indonesia bertema 'Indonesia's Transition towards Net Zero', Direktur Utama Pertamina NRE, Dannif Danusaputro sebagai narasumber memaparkan bahwa inisiatif dekarbonisasi antara lain mencakup efisiensi energi, pembangkit listrik berbasis energi hijau, pemanfaatan kendaraan listrik, CCS/CCUS internal, dan bahan bakar rendah emisi.
"Inisiatif yang kedua adalah membangun bisnis baru yang meliputi pengembangan energi terbarukan, EV charging dan battery swap, natural based solutions, pengembangan hidrogen Biru/Hijau, pembangunan ekosistem baterai dan EV, Biofuel, CCS/ CCUS terintegrasi, dan bisnis pasar karbon," ujar Dannif di Le Meridien Hotel, Jakarta, Kamis (6/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun tiga pilar strategis yang dimiliki Pertamina NRE, adalah solusi karbon rendah seperti gas to power, serta dekarbonisasi melalui konservasi energi dan NBS.
Kedua, pengembangan energi terbarukan seperti energi panas bumi, energi surya, biogas, angin, dan pasang surut air laut. Ketiga, pembangunan bisnis baru di sektor energi seperti baterai dan ekosistem kendaraan listrik, bisnis karbon, serta hidrogen bersih.
"Membangun portofolio bisnis energi bersih adalah fokus utama Pertamina NRE untuk bergerak maju, untuk mendukung dekarbonisasi yang menjadi tujuan Pertamina, Indonesia, dan global. Aset operasi dan project pipeline pembangkitan listrik Pertamina NRE saat ini mencapai 4,5 GW dengan Potensi Tambahan Kapasitas di Masa Depan," kata Dannif.
Senada, Fadjar Djoko Santoso selaku VP Corporate Communication Pertamina menyampaikan bahwa Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi terus mendorong pengembangan bisnis green energy di seluruh lini usaha, yakni melalui berbagai program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG's) .
"Pertamina melalui seluruh subholding-nya berkomitmen untuk mendorong transisi energi dengan terus mengembangkan bisnis baru yang mengutamakan green energy," ungkap Fadjar.
![]() |
Ketua CFA Society Indonesia sekaligus Wakil Menteri BUMN 1, Pahala N. Mansury mengungkapkan tema 'Indonesia's Transition towards Net Zero' dipilih terkait Indonesia yang sedang dalam masa transisi menuju target pengurangan emisi Green House Gas (GHG) sebesar 29 persen tanpa syarat dan sebesar 41 persen dengan syarat.
Pahala menyebut, transisi menuju net zero menjadi topik hangat karena Indonesia berambisi untuk mencapai pengurangan emisi sampai 32 persen pada tahun 2030, yang terkait erat dengan sektor keuangan.
"Untuk menjawab tantangan yang ada, sektor yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah sektor finance atau keuangan, di mana kita harus mencari cara yang kreatif untuk bisa mewujudkan target yang akan kita capai melalui keuangan yang lebih baik. Topik kedua yang akan kita bicarakan hari ini adalah mengenai bagaimana Indonesia mengembangkan market karbon," kata Pahala.
Pahala berharap, sektor publik dan swasta dapat bekerja sama mencapai net zero untuk Indonesia, dengan CFA Society Indonesia memiliki peran advokasi dalam memberi masukan untuk mendorong kebijakan menerapkan praktik yang diinginkan.
CFA Society Indonesia sendiri adalah organisasi profesional nirlaba global yang menyediakan pendidikan keuangan bagi para profesional investasi. Lembaga ini bertujuan untuk mempromosikan standar dalam etika, pendidikan, dan keunggulan profesional dalam industri layanan investasi global.
"Target kita paling utama dalam seminar ini adalah mensosialisasikan dan juga supaya semakin banyak distribusi emiten maupun fund-fund dalam hal disclosure terkait mengenai ESG," kata Pahala.
Sementara itu, Wakil Menteri Kementerian Lingkungan Hidup Alue Dahong mengatakan bahwa sektor energi menjadi kontributor terbesar dalam emisi karbon.
Jika tidak melakukan penurunan emisi dengan melakukan efisiensi energi dan transformasi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan, lanjut Alue, maka Indonesia tidak akan mecapai net zero emission pada 2060.
"Ada misleading bahwa emisi hanya dilakukan oleh pemerintah semata, tentu tidak. Emisi dan target bauran emisi dilakukan di semua sektor termasuk energi. Penurunan emisi ini ada yang dilakukan oleh pemerintah ada yang dilakukan oleh partners," katanya.
(rea)