Harga minyak menanjak pada perdagangan pasar di Asia, Selasa (11/7) pagi. Penguatan terjadi lantaran pelaku pasar memperhatikan sentimen pengurangan pasokan oleh eksportir minyak terbesar dunia Arab Saudi dan Rusia sembari menunggu data yang dapat membantu memastikan permintaan.
Dilansir Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka naik 33 sen, atau 0,4 persen, menjadi US$78 per barel pada 00.50 GMT. Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah West Texas Intermediate AS sebesar 35 sen, atau 0,5 persen pada US$73,34.
Harga telah merosot 1 persen pada awal perdagangan di tengah ekspektasi yang lebih tinggi bahwa kenaikan suku bunga AS lebih lanjut akan datang dan karena investor mengambil untung setelah kenaikan 4,5 persen minggu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pejabat bank sentral mengatakan The Federal Reserve AS kemungkinan akan perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk menurunkan inflasi. Namun, pasar sedikit terhibur usai terindikasi pejabat juga berpikir siklus pengetatan kebijakan moneter saat ini hampir berakhir.
Pemotongan pasokan oleh eksportir minyak terbesar dunia Arab Saudi dan Rusia ditetapkan untuk Agustus membantu mengangkat harga patokan, yang juga didukung karena dolar AS jatuh ke level terendah dua bulan. Dolar yang lebih lemah membuat minyak mentah lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya dan seringkali meningkatkan permintaan minyak.
Arab Saudi pekan lalu mengatakan akan memperpanjang pemotongan 1 juta barel per hari (bph) setidaknya hingga Agustus, dan Rusia mengatakan akan memangkas ekspor minyaknya bulan depan sebesar 500 ribu barel per hari.
Pedagang juga menantikan data persediaan minyak mentah AS yang akan dirilis Selasa malam dari kelompok industri American Petroleum Institute. Analis memperkirakan kenaikan 200 ribu barel.
Investor juga menunggu rilis data Indeks Harga Konsumen AS akhir pekan ini, laporan inflasi utama, dan laporan ekonomi dari China untuk mengukur prospek permintaan.
(sfr)