Harga Minyak Menguat di Tengah Sentimen Pengurangan Pasokan

CNN Indonesia
Selasa, 08 Agu 2023 08:31 WIB
Harga minyak menanjak pada awal perdagangan Selasa (8/8) pagi setelah kekhawatiran pasokan yang timbul dari pengurangan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia.
Harga minyak menanjak pada awal perdagangan Selasa (8/8) pagi setelah kekhawatiran pasokan yang timbul dari pengurangan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia. Ilustrasi. (iStock/bomboman).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak menanjak pada awal perdagangan Selasa (8/8) pagi. Penguatan terjadi karena kekhawatiran pasokan yang timbul dari pengurangan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia.

Dilansir Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka naik 37 sen atau 0,4 persen menjadi US$85,71 per barel pada 00.10 GMT.

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di US$82,37 per barel naik 43 sen atau 0,5 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua kontrak berakhir sekitar 1 persen lebih rendah di sesi perdagangan sebelumnya karena investor bersiap untuk permintaan yang lebih lemah dari dua ekonomi terbesar dunia, China dan Amerika Serikat (AS).

"Reli minyak mentah mengambil nafas, menghadapi resistensi teknis utama... Tapi pemotongan produksi Saudi dan Rusia bisa tetap menjadi faktor bullish ke pasar minyak," ujar Analis CMC Markets Tina Teng dalam sebuah catatan.

Arab Saudi, pengekspor utama minyak dunia, mengatakan akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sukarela sebesar satu juta barel per hari untuk satu bulan lagi termasuk September.

Bahkan, Arab Saudi dapat memperpanjang pemotongan melampaui tanggal tersebut atau melakukan pemotongan produksi yang lebih dalam setelah September.

Rusia juga mengatakan akan memangkas ekspor minyak sebesar 300 ribu barel per hari (bph) pada September.

"Tidak mengherankan melihat Arab Saudi mematuhi janjinya untuk mengurangi produksi mengingat peran kepemimpinannya di OPEC+," kata Ahli Strategi Komoditas Pertambangan dan Energi Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar, mengacu pada Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia.

"Keputusan Arab Saudi untuk memperpanjang pengurangan produksi hingga September meskipun Brent berjangka naik di atas $80 per barel menunjukkan bahwa kerajaan mungkin menargetkan harga yang lebih tinggi dari $80 per barel," tambah Vivek.

Panel menteri OPEC+ yang bertemu pada Jumat lalu tidak membuat perubahan pada kebijakan produksi minyak grup saat ini setelah keputusan Saudi untuk memperpanjang pemotongan produksi sukarela hingga September memicu reli.

OPEC+ menyetujui kesepakatan untuk membatasi pasokan hingga 2024 pada pertemuan kebijakan terakhirnya pada Juni. Artinya, kartel minyak Itu mempertahankan pengurangan produksi minyak sebesar 3,66 juta bph untuk 2023, dan memperpanjang dan memperdalam pemotongan dari Januari 2024 dengan tambahan 1,4 juta bph.

[Gambas:Video CNN]



(sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER