Jokowi Akui Larangan Ekspor Pahit Bagi Eksportir

Presiden Jokowi mengakui kebijakan hilirisasi melalui larangan ekspor sejumlah komoditas unggulan Indonesia berdampak pahit bagi pengusaha atau eksportir hingga ke penerimaan negara jangka pendek.

Namun, hal tersebut ia nilai harus dilakukan ke depan. Ia masih meyakini akan berbuah manis di kemudian hari terutama bagi kesejahteraan masyarakat.

"Ini memang pahit bagi pengekspor bahan mentah. Ini juga pahit bagi pendapatan negara jangka pendek. Tapi jika ekosistem besarnya sudah terbentuk, jika pabrik pengolahannya sudah beroperasi. Saya pastikan Ini akan berbuah manis pada akhirnya. Terutama bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia," ujar Jokowi dalam Sidang MPR, DPR, DPD, Rabu (16/8).

Menurutnya, hilirisasi yang dilakukan tidak hanya akan fokus pada komoditas mineral saja. Tapi akan berkembang untuk komoditas lainnya, sehingga keuntungan yang diterima akan lebih besar lagi.

"Tapi juga non mineral seperti sawit, rumput laut, kelapa dan komoditas potensial lainnya yang mengoptimalkan kandungan lokal dan yang bermitra dengan UMKM Petani & Nelayan sehingga manfaatnya terasa langsung bagi rakyat kecil," jelasnya.

Ia mencontohkan keuntungan yang diperoleh Indonesia melalui larangan ekspor bijih nikel sejak 2020 lalu. Hasilnya investasi hilirisasi nikel tumbuh pesat dan saat ini sudah ada 43 pabrik pengolahan nikel yang akan membuka peluang kerja sangat besar di Indonesia.

"Ini baru satu komoditas dan jika kita konsisten dan mampu melakukan hilirisasi untuk nikel, tembaga, bauksit, CPO, dan rumput laut akan lebih besar lagi," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]