Organisasi Buruh Internasional (ILO) meyakinkan kecerdasan buatan (AI) tidak akan mengambil alih sebagian besar pekerjaan atau profesi manusia.
Keyakinan itu mereka dapat dari hasil penelitian ILO yang dipublikasikan awal pekan kemarin.
Menurut penelitian mereka, sebagian besar dampak hanya dirasakan pekerja pada otomatisasi yang dilakukan industri. Keberadaan AI pun katanya, hanya bersifat melengkapi manusia, bukan menggantikannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"Ini berarti dampak paling penting dari teknologi ini kemungkinan besar adalah peningkatan pekerjaan," kata mereka seperti dikutip dari Reuters, Selasa (22/8).
Meskipun demikian, ILO memperingatkan bahwa pekerjaan klerikal atau yang berkaitan dengan tata tulis dan administrasi kemungkinan akan menjadi yang paling terpukul akibat AI.
Pasalnya kata studi mereka, sekitar seperempat tugas pekerjaan itu sangat rentan terhadap potensi otomatisasi.
Kalau ancaman ini nyata, pekerjaan perempuan akan mengalami pukulan paling keras. Maklum, mayoritas pekerja di sektor ini, terutama di negara kaya adalah perempuan.
Pekerjaan lain yang mungkin paling terpengaruh oleh AI adalah yang berkaitan dengan produksi teks, gambar, suara, animasi, model 3D, dan data lainnya.
Namun, laporan badan PBB tersebut memperingatkan bahwa dampak AI terhadap pekerja yang terkena dampak masih bisa bersifat brutal.
"Oleh karena itu, bagi para pembuat kebijakan, penelitian kami tidak boleh dibaca sebagai suara yang menenangkan, melainkan sebagai seruan untuk memanfaatkan kebijakan guna mengatasi perubahan teknologi yang sedang terjadi," katanya.
Ledakan minat pada AI generatif dan aplikasi chatbotnya telah memicu kekhawatiran banyak kalangan akan hilangnya pekerjaan.
Kekhawatiran serupa pernah muncul saat mesin diperkenalkan pada awal 1900-an dan komputer ada pada 1950-an.