Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Demokrat Marwan Cik Asan meragukan tingginya serapan tenaga kerja era Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ia merespons data dari Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti yang mengatakan setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi yang diraih Indonesia pada 2022 menyerap 820 ribu pekerja. Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia menyentuh 5,31 persen.
"Tolong diperiksa ulang dari BPS apa betul 2022 itu pertumbuhan pembukaan lapangan kerja kita sampai 820 ribu untuk 1 persen pertumbuhan ekonomi?" katanya dalam rapat kerja (raker) bersama pemerintah di Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (31/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seingat saya, di zaman orde baru (Orba) pun tidak pernah mencapai angka itu. Zaman Pak Kahar (Ketua Komisi XI DPR RI Kahar Muzakir) muda sekitar 400 ribu, apalagi Pak Kahar sudah tidak muda lagi, pasti turun. Tolong diperiksa, karena setahu saya tidak sebesar itu," imbuhnya.
Marwan menilai angka yang pantas dalam 1 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 200 ribu tenaga kerja terserap. Ia sangat yakin 820 ribu tenaga kerja sangat besar untuk setiap persen pertumbuhan ekonomi.
Di lain sisi, BPS mengatakan elastisitas penyerapan tenaga kerja akibat pertumbuhan ekonomi Indonesia memang bervariasi di setiap sektornya. Plt Kepala BPS Amalia pun mengakui kualitas lapangan kerja Indonesia masih harus dibenahi.
"Pertumbuhan ekonomi ternyata dapat memperluas kesempatan kerja, terlihat dari elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat. Jadi, 1 persen pertumbuhan ekonomi di 2022 dapat menyerap sekitar 820 ribu orang pekerja," tutur Amalia.
"Pertumbuhan yang tinggi ini memang bisa menciptakan lapangan kerja, tetapi ke depan bagaimana kita bisa menciptakan pekerjaan yang lebih berkualitas," tandasnya.