BCG dan ASEAN-BAC Bahas Potensi Sentralitas ASEAN Senilai US$20 T
Boston Consulting Group (BCG) bersama Dewan Penasihat Bisnis ASEAN (ASEAN-Business Advisory Council atau ASEAN BAC) membuka ASEAN Business and Investment Summit (ABIS) 2023 dengan gelaran sarapan pagi yang dihadiri oleh para eksekutif dan jajaran C-suite di negara-negara Asia Tenggara di Jakarta pada Minggu (3/9).
Bertema 'Mewujudkan Peluang Sentralitas ASEAN Senilai US$20 Triliun dan Implikasinya bagi Para CEO', pada kegiatan ini dilakukan pembahasan terkait sentralitas ASEAN agar dapat membantu perkembangan negara-negara anggota, peran CEO, hingga strategi pelaku bisnis untuk memaksimalkan potensi pertumbuhan.
BCG Asia Pacific Regional Chair, Neeraj Aggarwal menyatakan optimisme terkait potensi ASEAN. Pada 2031, nilai ekspor ASEAN diperkirakan meningkat jadi US$3,2 triliun per tahun, sedang perdagangan global secara keseluruhan meningkat kurang dari 30 persen.
"Dengan modal dominasi populasi muda, diversifikasi ekonomi, konektivitas dagang yang mumpuni, kemajuan teknologi, dan kenetralan stratejik, ASEAN memiliki peluang yang besar untuk unggul di periode ini," kata Neeraj.
Neeraj mengingatkan, perusahaan dapat memanfaatkan inovasi demi mencapai pertumbuhan yang dimaksud. Adapun tiga hal yang dibutuhkan perusahaan, antara lain adalah kepemimpinan yang sejalan dengan tujuan perusahaan terkait misi keberlanjutan dan dampak sosial.
Hal kedua adalah pemanfaatan SDM yang jelas, dan ketiga, budaya perusahaan yang berbasis inovasi guna mencapai hasil yang maksimal dan model bisnis yang baru.
Ketua ASEAN-BAC dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), M. Arsjad Rasjid menyatakan, posisi sebagai chairman memberi kesempatan bagi Indonesia untuk mengarahkan prioritas pembangunan regional, di mana Asia Tenggara diprediksi memiliki kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2030.
"Kawasan ini mempunyai keunggulan kompetitif yang sulit ditandingi, terutama dalam hal biaya dan kualitas produksi, serta berbagai sektor yang siap bertumbuh, mulai dari sektor pertanian, pangan, ekonomi digital, hingga kendaraan listrik. Karena itu, berinvestasi di ASEAN dipastikan akan membawa hasil yang positif dan nyata," kata Arsjad.
Arsjad menyebut, untuk mencapai peluang emas tersebut dibutuhkan usaha bersama dan realisasi strategi.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mendorong kolaborasi antara pemerintah dan swasta demi meraih peluang ekonomi.
"Kemitraan pemerintah-swasta memainkan peran penting, terlebih dalam hal pembiayaan proyek-proyek, kita tidak bisa hanya mengandalkan pendanaan publik. Didukung oleh pemerintah melalui kebijakan-kebijakan, potensi ekonomi ASEAN akan dapat kita raih di beberapa tahun mendatang," ujar Luhut.
Tak hanya optimisme ke depannya, pada diskusi panel itu juga dibahas tentang peran ASEAN sebagai pusat pertumbuhan dan kerja sama di Asia Tenggara, kolaborasi, inovasi, hingga inklusivitas, diikuti pembahasan terkait bidang priorias utama seperti transformasi digital, pembangunan berkelanjutan, perdagangan, dan investasi.
Sementara itu, Managing Director & Partner BCG, Lenita Tobing berperan sebagai moderator dalam diskusi yang membahas kontribusi pihak swasta dalam upaya meraih peluang, serta cara para CEO mempersiapkan arah perusahaan dengan pembicara oleh Ketua Asosiasi Fintech Indonesia Pandu Sjahrir, CEO Pertamina New and Renewable Energy Dannif Danusaputro, serta CEO Bakrie Group, Anindya Novyan Bakrie.
(rea)