SKK Migas Kaji Skema Kontrak Bagi Hasil Migas yang Lebih Fleksibel

CNN Indonesia
Kamis, 21 Sep 2023 10:19 WIB
SKK Migas tengah mengkaji soal kontrak bagi hasil minyak dan gas (migas) yang lebih fleksibel untuk menarik lebih banyak investasi hulu migas. Ilustrasi. (iStock/ozgurdonmaz)
Jakarta, CNN Indonesia --

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah mengkaji soal kontrak bagi hasil minyak dan gas (migas) yang lebih fleksibel untuk menarik lebih banyak investasi hulu migas di Indonesia.

Dengan fleksibilitas itu, investor bisa memilih untuk menggunakan skema cost recovery dengan gross split.

"Dari sisi insentif, kami sedang mengkaji fleksibilitas skema gross split ataupun cost recovery yang akan dijadikan dasar kerja sama dengan KKKS (kontraktor kontrak kerja sama) untuk pengembangan lapangan-lapangan yang akan dilelang di masa depan," ujar Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara di Indonesia's Emerging Opportunities: A Call for E&P Companies di Nusa Dua, Bali, seperti dikutip Antara, Kamis (21/9).

Benny menargetkan aturan fleksibilitas itu bisa keluar tahun ini untuk mempercepat pengembangan potensi blok migas Indonesia. 

Berdasarkan simulasi yang dilakukan lembaganya, beberapa blok yang menggunakan skema gross split ke depannya tidak akan ekonomis. Saat ini, SKK Migas sedang bekerja sama dengan Kementerian ESDM untuk mengevaluasi bagaimana proyek tersebut bisa diterima oleh investor.

"Sistem tersebut dan kami modifikasi sedikit agar lebih menarik. Segera akan diresmikan," ucap Benny.

Dalam panel yang sama, Direktur Pembinaan Hulu Migas Kementerian ESDM Noor Arifin Muhammad mengatakan modifikasi insentif memang sangat diperlukan di industri hulu migas untuk menarik minat investor.

Saat ini, terdapat 128 cekungan migas, 68 di antaranya belum dieksplorasi dan diyakini menyimpan potensi besar. Namun, perlu biaya besar untuk memanfaatkan potensi itu. Terlebih, pemerintah menargetkan investasi hulu migas naik menjadi US$14,9 miliar tahun ini.

"Masih banyak investor internasional yang berminat. Ini berkaitan dengan masih banyaknya basin yang belum dikembangkan. Selain itu, investasi migas juga didukung oleh pemerintah melalui regulasi yang mendukung," kata Noor Arifin.



(sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK