Pertamina Patra Niaga sebagai Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero), menjadi salah satu perusahaan yang melakukan transaksi perdananya pada peluncuran Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon). Perseroan tercatat melakukan pembelian perdana sertifikat penurunan emisi dari Pertamina Power Indonesia dengan total nilai mencapai lebih dari Rp922 juta atau setara dengan kontribusi pengurangan emisi karbon mencapai 19.989 ton.
Peluncuran IDXCarbon oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), pada Selasa (26/9), merupakan langkah penting dalam upaya Indonesia untuk melawan perubahan iklim. Bursa karbon ini akan menjadi wadah bagi para pelaku usaha untuk membeli dan menjual unit karbon, yang merupakan bukti atas pengurangan emisi karbon yang telah dilakukan.
Jokowi menegaskan bahwa bursa karbon ini akan menjadi kontribusi nyata Indonesia untuk berjuang bersama dunia melawan krisis perubahan iklim, di mana hasil dari perdagangan ini akan diinvestasikan kembali pada upaya menjaga lingkungan khususnya melalui pengurangan emisi karbon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia bahkan menjadi satu-satunya negara yang sekitar 60 persen pemenuhan pengurangan emisi karbonnya berasal dari sektor alam. Jika dikalkulasi, potensi bursa karbon kita bisa mencapai potensinya Rp3 ribu triliun, bahkan bisa lebih. Sebuah angka yang sangat besar," ujarnya.
Sejalan dengan Jokowi, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, mengatakan Pertamina Group juga telah mengambil peran penting dalam bisnis dan perdagangan karbon sebagai upaya dan kontribusi nyata mendukung pemerintah dalam penanganan krisis iklim.
"Pertamina akan berperan sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen mendukung Net Zero Emission 2060 dengan mendorong program yang berdampak baik bagi lingkungan dan Sustainable Development Goals (SDG's) lainnya," tutur dia dalam keterangan tertulis, Kamis (28/9).
Direktur Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, menjelaskan bahwa pembelian unit karbon tersebut adalah langkah awal Pertamina Patra Niaga untuk berkontribusi mendukung cita-cita nasional menangani krisis iklim.
"Bersinergi dengan Pertamina Power Indonesia sebagai Subholding di Pertamina Group yang sudah mempunyai suplai yang telah tersertifikasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)," paparnya.
Selain dari perdagangan karbon, Pertamina Patra Niaga juga memiliki program yang memiliki dampak mereduksi emisi, seperti penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di gedung perkantoran dan SPBU Green Energy Station (GES), efisiensi operasi lewat digitalisasi Digital Ground Operation (DGO) dan PADMA untuk produk Avtur, Diesel Dual Fuel (DDF) mobil tanki, dan Program Efisiensi Energi.
Sampai dengan Agustus 2023, program-program ini berkontribusi terhadap pengurangan emisi sebesar 2.703 tonCO2eq atau sekitar 14 persen dari target awal perseroan.
"Kami terus berupaya meminimalkan emisi yang dapat berdampak terhadap krisis iklim. Ke depan, upaya mereduksi emisi secara langsung akan dikolaborasikan dengan perdagangan bursa karbon, sehingga upaya Pertamina Patra Niaga dalam menjaga lingkungan dapat makin maksimal," pungkas Riva.
(rir)