Wakil Presiden Ma'ruf Amin mendorong produksi baja dalam negeri terus meningkat seiring dengan tingginya permintaan.
Pasalnya, Ma'ruf menilai industri baja di Indonesia adalah penopang utama dalam infrastruktur.
Mulai dari pembangunan jalan tol, bandara, pelabuhan, jalur kereta api, pembangkit listrik, kilang minyak, serta proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan sampai kebutuhan yang besar ini dipenuhi dari impor," katanya saat meresmikan Pabrik PT. Lautan Baja Indonesia di Kawasan Industri Balajara Mas, Kabupaten Tangerang, Banten, pada Jumat (29/09), dikutip dari keterangan resmi.
Menurutnya, kebutuhan baja nasional naik lebih dari 40 persen dalam lima tahun terakhir.
Sebab itu, ia menyoroti beberapa aspek terkait peningkatan kemandirian industri baja nasional.
Pertama, pentingnya menerapkan secara tegas dan konsisten Tingkat Kandungan Dalam Negeri dan standar Standar Nasional Indonesia untuk produk baja, dengan tujuan mendukung pembangunan nasional dan mencapai kemandirian industri dalam negeri.
Hal ini dianggap semakin penting mengingat Pemerintah sedang mengakselerasi berbagai proyek infrastruktur, termasuk pembangunan IKN dan program kendaraan listrik.
Kedua, Wapres menggarisbawahi masalah tingkat emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh industri baja. Pada 2022, industri baja berkontribusi sekitar 7 persen dari total emisi gas rumah kaca global.
Oleh karena itu, Wapres meminta agar para pelaku industri baja juga mengadopsi konsep industri hijau sebagai langkah untuk melestarikan lingkungan dan sumber daya berkelanjutan.
"Untuk mencapai Emisi Nol Bersih pada 2060 atau lebih cepat, saya meminta agar industri baja nasional menjadi bagian integral dari ekonomi sirkular yang menerapkan konsep industri hijau. Proses produksinya harus berfokus pada efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, serta memanfaatkan sampah sebagai energi alternatif," ujarnya.
Selain itu, Ma'ruf juga mengimbau agar industri baja meningkatkan keterlibatan UMKM.
Lihat Juga : |
Saat ini, sektor UMKM hanya berpartisipasi sekitar 7 persen dalam rantai pasok industri baja, sebuah angka yang jauh tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN.
"Sebagai industri yang memiliki dampak berganda, saya meminta industri baja nasional untuk mengembangkan program dan insentif yang mendukung pertumbuhan UMKM dan memungkinkan mereka masuk ke dalam rantai pasok industri," tambahnya.
Terakhir, Wapres berharap bahwa PT. Lautan Baja Indonesia, melalui pabrik baru ini, dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat serta memenuhi permintaan baja, baik di tingkat nasional maupun global.
"Saya meminta PT. LBI untuk terus meningkatkan tata kelola perusahaan dan daya saingnya, serta menjaga kualitas produk agar dapat bersaing di pasar nasional, regional, dan global," pungkas Wapres.