Bos BUMN Pertahanan Ungkap Ruwet Ekspor Senjata: Diatur Kemenhan-PBB

CNN Indonesia
Rabu, 11 Okt 2023 05:55 WIB
Dirut PT Len Industri Bobby Rasyidin menyebut proses ekspor senjata buatan Defend ID rumit karena harus diatur Kemenhan dan diawasi PBB. (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT).
Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur Utama PT Len Industri (Persero) Bobby Rasyidin merinci rumitnya proses ekspor senjata buatan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertahanan Defend ID.

Ia paham Defend ID memang kudu mencari pangsa pasar ekspor global. Menurutnya, alat utama sistem senjata (Alutsista) buatan anak bangsa yang dikirim ke negara luar mendorong target Defend ID menjadi top 50 perusahaan pertahanan di dunia.

"Tapi yang namanya ekspor Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Apalhankam) atau Alutsista, pengawasan negara sangat ketat sekali," kata Bobby dalam Ngopi BUMN di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Selasa (10/10).

"Negara tujuan, penggunaan, itu di-screen (diperiksa), ada peraturan menteri pertahanannya. Kita untuk ekspor ini harus melewati proses sangat panjang, asesmen, bagaimana delivery, dan terutama proses bagaimana penggunaannya. Di sini peran negara kita dan importir itu sangat menjaga sekali," sambungnya.

Akan tetapi, Bobby menyebut Defend ID yang menaungi 5 perusahaan, yakni PT Len Industri, PT Dahana, PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, dan PT PAL Indonesia sudah banyak mengekspor Alutsista ke luar negeri.

Ia menyebut ada sekitar 200 unit pesawat tipe CN-235 dan NC-212 yang dikirim ke negara luar. Beberapa negara langganan pesawat buatan PT DI itu, antara lain Afrika, Timur Tengah, serta beberapa di kawasan Asia.

Lalu, PT PAL juga mengekspor beberapa kapal perang ke Uni Emirat Arab (UEA) hingga Filipina. Khusus dengan UEA, BUMN pertahanan ini sedang menggarap pesanan berupa Landing Platform Dock sepanjang 163 meter alias LPD 163.

"PT Pindad juga ekspornya baik, mengekspor amunisi, senjata, bahkan pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggunakan kendaraan taktis Anoa buatan Pindad," ungkap Bobby.

"Tapi sekali lagi ekspor Alutsista atau Apalhankam itu tidak gampang. Pengawasan dari negara pengekspor ketat, oleh negara importirnya ketat juga, dan dari Dewan Keamanan PBB juga sangat ketat. Jadi, tidak gampang sebenarnya," imbuhnya.

Di lain sisi, Bobby ikut menyoroti konflik geopolitik yang terjadi antara Israel dan Palestina. Ia menegaskan Defend ID sama sekali tidak ada kerja sama dengan Israel.

Bobby juga mengklaim Pemerintah Indonesia melarang BUMN pertahanan menyuplai senjata ke negara yang sedang berkonflik.

"Itu kan jelas nanti teman-teman lihat Permenhan Nomor 6 Tahun 2017 itu jelas sekali klasifikasi seperti apa, kriteria seperti apa, dan kita sangat patuh serta respek kepada aturan yang ada," jelasnya usai acara.

"Kemudian kan ada deklarasi-deklarasi dari Dewan Keamanan PBB, apakah ini boleh atau tidak boleh, apakah masalah HAM atau tidak, atau invasi misal kayak Rusia-Ukraina. Kita selalu ikuti itu, tidak pernah sekali pun keluar dari jalurnya," tandas Bobby.



(skt/agt)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK