Jawab Tantangan Transisi Energi, PLN Sukses Produksi Hidrogen Hijau

PLN | CNN Indonesia
Kamis, 12 Okt 2023 10:19 WIB
Green Hydrogen Plant (GHP) yang dapat berfungsi sebagai bahan bakar transportasi itu disebut sebagai inovasi PLN dalam menjawab tantangan transisi energi.
PLN resmi mengoperasikan Green Hydrogen Plant (GHP) pertama di Indonesia baru-baru ini, yang mendukung produksi 51 ton hidrogen hijau per tahun. (Foto: Arsip PLN)
Jakarta, CNN Indonesia --

PT PLN (Persero) resmi mengoperasikan Green Hydrogen Plant (GHP) pertama di Indonesia, yang mendukung PLN memproduksi 51 ton hidrogen hijau per tahun.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menjelaskan, GHP merupakan inovasi yang bertujuan menjawab tantangan transisi energi. Salah satu kegunaan hidrogen adalah sebagai bahan bakar transportasi.

"Era masa depan transportasi tak hanya bergerak ke arah listrik namun juga ke arah hidrogen. Maka, PLN sebagai key player dalam transisi energi terus berpacu dalam menyediakan energi bersih bagi masyarakat," ucap Darmawan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hidrogen hijau besutan PLN Nusantara Power itu diproduksi menggunakan sumber dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang terdapat di area PLTGU Muara Karang. Selain dihasilkan dari PLTS, hidrogen hijau juga diperoleh dari pembelian Renewable Energy Certificate (REC) yang berasal dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Kamojang.

"Strategi untuk transisi energi ini bukan monolitik, tetapi multilateral. Seluruh alternatif, seluruh kemungkinan skenario itu kita pertimbangkan dan kita jajaki, sehingga transisi energi ini bisa berjalan dengan lancar," kata Darmawan.

Dari total produksi hidrogen sebesar 51 ton per tahun, sebanyak 8 ton digunakan untuk keperluan operasional PLTGU Muara Karang. Sementara, 43 ton sisanya akan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Ke depannya, PLN masih akan terus mengembangkan GHP di 15 pembangkit lain, yang berpotensi memproduksi 222 ton hidrogen per tahun. Jumlah itu akan dapat menggerakkan sekitar 650 mobil yang menempuh jarak 100 km setiap hari selama satu tahun.

"Jika saat ini emisi 10 kilometer kendaraan Bahan Bakar Minyak sebesar 2,4 kg CO2, maka dengan menggunakan _green hydrogen_ yang emisinya 0, artinya bisa menghindarkan emisi hampir 6ribu ton CO2e per tahun," papar Darmawan.

Keberhasilan itu pun disambut oleh banyak pihak, termasuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan pelaku industri otomotif yang tengah mengembangkan kendaraan listrik berbasis bahan bakar hidrogen atau hydrogen fuel cell electric vehicle (FCEV).

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN Eniya Listiani Dewi menyampaikan apresiasi terhadap inovasi PLN itu. Dia menilai, kebutuhan hidrogen hijau di Indonesia hingga 2060 akan mencapai 32,8 juta ton per tahun.

Menurut Eniya, penggunaan hidrogen akan diserap 80 persen sektor transportasi, di mana pada tahun 2030 mendatang FCEV dapat diproduksi di dalam negeri. Saat ini, BRIN telah membuat prototipe FCEV, mobil golf dengan mesin berbasis fuel cell dengan spesifikasi 2,5 kilowatt (kW) tipe polymer electrolyte membrane fuel cell (PEMFC) dan motor penggerak 48VDC/3,7 kW.

"Ke depan, ekonomi kita akan tertopang bukan hanya dari minyak, tapi juga hidrogen. Karena hidrogen bisa dipakai di berbagai sektor, dari sektor pembangkit listrik, industri terutama petrokimia, perumahan, hingga transportasi," katanya.

Senada, Vice President Director PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam menilai kehadiran hidrogen hijau produksi dari PLN membangun optimisme pengembangan ekosistem hidrogen di Indonesia.

"Selamat kepada PLN yang telah menghadirkan Green Hydrogen Plant pertama di Indonesia. Ini dapat menjadi bagian penting dalam terciptanya ekosistem hidrogen di Indonesia untuk mengurangi emisi melalui beragam cara, khususnya menghadirkan industri dan mobilitas rendah emisi," ujar Bob dalam Focus Group Discussion terkait pengembangan hidrogen pada Selasa (10/10).

(rea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER