Kenapa Taylor Swift Dianggap Penyelamat Ekonomi AS?

CNN Indonesia
Kamis, 12 Okt 2023 10:20 WIB
Penyanyi asal Amerika Serikat (AS) Taylor Swift menarik perhatian setelah dianggap 'menyelamatkan' ekonomi Negeri Paman Sam.
Penyanyi asal Amerika Serikat (AS) Taylor Swift menarik perhatian setelah dianggap 'menyelamatkan' ekonomi Negeri Paman Sam. (REUTERS/MARIO ANZUONI).
Jakarta, CNN Indonesia --

Penyanyi asal Amerika Serikat (AS) Taylor Swift menarik perhatian setelah dianggap 'menyelamatkan' ekonomi Negeri Paman Sam.

Swift tidak hanya memecahkan rekor industri musik dengan Tur Eras, tetapi juga meningkatkan perekonomian.

Dilansir dari LA Times, tahun lalu, AS hampir terjerembab ke jurang resesi. Namun, kejadian itu tak membuat masyarakat AS mengetatkan ikat pinggang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masyarakat, terutama penggemar Taylor Swift malah rela membelanjakan uangnya untuk membeli tiket konser. Beberapa reseller dilaporkan menjual tiket konser hingga US$40 ribu atau sekitar Rp628,4 juta.

Penggemar Swift sendiri merupakan jutaan orang yang sebagian besar generasi milenial dan Gen Z. Mereka menunggu setidaknya empat tahun untuk melihat sang superstar hidup kembali usai pandemi.

Tiket Tur Eras Taylor Swift saat itu terjual lebih dari 2,4 juta lembar. Banyak penggemar berebut untuk mendapat tiket.

Situs perusahaan tiket Ticketmaster bahkan sempat error karena tekanan dari sekitar 14 juta orang yang berusaha mendapatkan tiket.

Penggemar bernama Gustavo Coutinho (25) mengaku menghabiskan US$1.500 atau Rp23,5 juta untuk menonton dua konser Taylor Swift. Ia bahkan berani mengeluarkan uang lebih banyak jika diperlukan.

"Saya akan membayar US$3.000 jika harus," katanya.

Northeastern Global News melaporkan hampir 54 ribu penggemar menghadiri setiap konser pada tur AS pertama, yang berakhir pada 9 Agustus lalu di Inglewood, California.

Harga tiket rata-rata yang dibayar penggemar di Ticketmaster adalah $254. Sementara, harga jual kembali melonjak hingga ribuan dan puluhan ribu dolar.

Setiap pertunjukan Eras Tur meraup sekitar $13 juta.

Kekuatan supernova Swift tak bisa dianggap remeh. Buktinya, keuntungan ekonomi dari konser juga berdampak positif terhadap kota dan mata pencaharian banyak orang.

Banyaknya penonton konser berarti mereka juga akan berbelanja di hotel, restoran, taksi, layanan Uber/Lyft, penjual hotdog, dan bisnis lainnya.

Dilansir dari CNBC, bulan lalu, Bank Sentral Philadelphia melaporkan pemesanan hotel ketika Swift datang ke kota tersebut menunjukkan pertumbuhan terkuat sejak pandemi dimulai.

"Meskipun pemulihan pariwisata di wilayah ini melambat secara keseluruhan, salah satu kontak menyoroti bahwa bulan Mei adalah bulan terkuat bagi pendapatan hotel di Philadelphia sejak awal pandemi, sebagian besar disebabkan oleh masuknya tamu yang datang ke konser Taylor Swift di kota tersebut," kata pejabat bank sentral.

Ekonom Morgan Stanley Sarah Wolfe menilai fenomena Taylor Swift dan hiburan lainnya akan menambah sepertujuh poin persentase terhadap pertumbuhan konsumsi. Namun, efek Taylor Swift pada ekonomi AS itu tidak akan berlangsung lama.

Fenomena Taylor Swift, Beyoncé, serta film blockbuster musim panas "Barbie" dan "Oppenheimer," termasuk dalam bagian konsumsi film dan hiburan langsung non-olahraga dari indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, yang dikenal sebagai PCE.

Sektor-sektor tersebut masing-masing menyumbang sekitar 0,2 persen dan 0,05 persen dari total indeks.

Artinya, para penggemar muncul dan mengeluarkan uang dalam jumlah yang cukup di area bisnis yang biasanya sangat kecil tersebut. Hal ini secara signifikan meningkatkan kesehatan perekonomian AS secara lebih luas.

Namun, berakhirnya tur musik di AS dan menurunnya jumlah penonton teater untuk film-film tersebut sepanjang sisa tahun ini dapat menyebabkan "efek mabuk" sebesar 0,6 poin persentase terhadap belanja konsumen pada kuartal keempat.

Pada saat yang sama, Wolfe mengatakan pengembalian pembayaran pinjaman mahasiswa pada musim gugur ini akan menurunkan konsumsi lagi sebesar seperdelapan poin persentase.

"Faktor-faktor yang mendorong konsumsi pada kuartal ketiga sangatlah luar biasa," kata Wolfe.

"Pada kuartal keempat, faktor-faktor ini tidak hanya melemah, tetapi berakhirnya moratorium pinjaman mahasiswa pada Oktober semakin membebani konsumsi," imbuhnya.

[Gambas:Video CNN]



(mrh/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER