Harta 100 Orang Terkaya di China Anjlok Rp189 T Tahun Ini
Harta 100 orang terkaya di China susut pada 2023 buntut pelemahan aktivitas ekonomi di negara tersebut.
Dilansir dari Forbes, Kamis (9/11), kekayaan kolektif 100 orang terkaya turun dari US$907,1 miliar atau setara Rp14.189 triliun (asumsi kurs Rp15.642 per dolar AS) menjadi US$895 miliar atau Rp14 ribu triliun.
Dengan kata lain, harta kolektif 100 taipan itu anjlok US$12,1 miliar atau Rp189 triliun.
Penurunan harta kekayaan para konglomerat itu tak lepas dari menyusutnya manufaktur dan perlambatan ekspor di tengah meningkatnya ketegangan AS-China.
Berdasarkan Data Badan Statistik Nasional China, angka Purchasing Manager Index (PMI) untuk manufaktur pada Oktober 2023 adalah 49,5. Angka ini turun dari level 50,6 pada bulan sebelumnya.
Angka PMI di atas 50 menunjukkan pertumbuhan. Sedangkan di bawah level 50 menunjukkan kontraksi.
Selain itu, merosotnya harta kekeyaan konglomerat China juga didorong oleh penurunan harga real estat yang berkepanjangan. Tak hanya itu, beberapa kasus gagal bayar (default) yang besar juga berdampak buruk pada nasib orang-orang kaya tersebut.
Forbes mencatat, dari 100 orang terkaya di China, 40 diantaranya menjadi lebih miskin.
Chairman JA Solar, Jin Baofang, misalnya. Kekayaan raja tenaga surya itu turun lebih dari setengahnya menjadi US$5 miliar atau sekitar Rp78,21 triliun.
Taipan lain yang hartanya juga merosot adalah Yang Huiyan, ketua pengembang properti Country Garden yang terlilit utang.
Ia pernah menjadi wanita terkaya di Asia. Namun, perusahaan yang ia pimpin gagal bayar bunga obligasi dolar untuk pertama kalinya pada pertengahan Oktober lalu.
Alhasil, kekayaan yang ia miliki bersama keluarganya anjlok hampir 90 persen menjadi US$3,6 miliar atau sekitar Rp56,31 triliun selama dua tahun terakhir.
Dengan kekayaan yang merosot tersebut, Yang Huiyan turun peringkat dari 24 menjadi 93 orang terkaya di China.
Penurunan harta juga menimpa orang terkaya nomor satu di negara tersebut, yakni Zhong Shanshan. Harta miliarder air kemasan itu turun dari US$62,3 miliar atau setara Rp974,18 triliun menjadi US$60,1 miliar atau Rp939,86 triliun.