Di COP28 Dirut Ungkap 3 Inisatif Pertamina Hadapi Isu Trilema Energi

Pertamina | CNN Indonesia
Jumat, 01 Des 2023 19:40 WIB
Saat menghadiri COP28 di UEA, Dirut Pertamina, Nicke Widyawati mengungkapkan pihaknya mengembangkan 3 inisatif dalam menghadapi isu trilema energi.
Saat menghadiri COP-28 di UEA, Dirut Pertamina, Nicke Widyawati mengungkapkan pihaknya mengembangkan 3 inisatif dalam menghadapi isu trilema energi. (Foto: Arsip Pertamina).
Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menegaskan kembali komitmen Pertamina dalam mendukung Pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission tahun 2060. Komitmen itu ditegaskan Nicke saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB 2023 atau Conference of the Parties (COP28) di Uni Emirat Arab (UEA).

Selain itu, Nicke juga mengungkapkan Indonesia tengah dihadapkan pada trilema energi, dengan tiga isu utama, yakni keamanan energi, kesetaraan energi, dan keberlanjutan energi.

Dalam sesi diskusi di Paviliun Indonesia, Nicke menyebut, ada tiga inisiatif strategis yang dikembangkan Pertamina untuk menghadapi trilema energi tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama, dekarbonisasi pada operasional Perusahaan (scope 1). Kedua, membangun bisnis baru rendah karbon (scope 2). Terakhir, penerapan program penyeimbangan karbon (scope 3).

Sebagai negara berkembang, kata Nicke, Indonesia memiliki target pertumbuhan ekonomi yang stabil dimana energi adalah katalis untuk pertumbuhan ekonomi. Karena itu, sebagai BUMN, Pertamina menempatkan keamanan energi sebagai prioritas utama.

"Namun, kami juga harus mengelola keseimbangan untuk kesetaraan energi, yang mencakup aksesibilitas dan keterjangkauan energi, dan keberlanjutan energi dalam mengurangi emisi karbon dalam operasi kami, baik untuk scope satu, dua, dan tiga," ujar Nicke dalam keterangan tertulis, Jumat (1/12).

Lebih lanjut Nicke menerangkan, Pertamina memiliki tiga strategi dalam mengelola keberlanjutan sambil mempertahankan keamanan energi dan memperkuat kesetaraan energi.

Pertama, Pertamina harus mempertahankan bisnis utama, yakni minyak dan gas. Karena, Pemerintah Indonesia memiliki target untuk meningkatkan produksi minyak dan gas hulu dari sekarang 700 ribu barel per hari menjadi 1 juta barel per hari pada tahun 2030.

"Tapi harus dilakukan dengan cara yang berbeda yang disebut Green Operation," ucapnya.

Terkait hal ini, ujar Nicke, Pertamina menjalankan inisiatif efisiensi energi. Menurutnya, efisiensi energi sangat penting dan lebih mudah dalam mengurangi emisi.

"Jadi, kontribusinya sekitar 39 persen dalam mengurangi emisi. Itulah mengapa kita fokus pada efisiensi energi dalam operasi kita, yakni hulu, pengolahan, dan hilir," tutur Nicke.

Berikutnya, lanjut Nicke, pengurangan Methana. Saat ini, Indonesia hanya fokus pada pengurangan CO2, padahal di sisi lain Methana memiliki tingkat menghancurkan lingkungan lebih parah dibandingkan emisi CO2.

Itu sebabnya, targetnya pengurangan Methana sebesar 7,6 persen dan emisi karbon (CO2) sebesar 5,5 persen, serta flare reduction dan pemanfaatannya sebesar 16.7 persen.

"Dari tiga inisiatif tersebut, Pertamina, sampai tahun lalu, berhasil mengurangi 31 persen emisi dalam operasi internal kami," imbuhnya.

Strategi kedua, meningkatkan pengembangan produk rendah karbon dengan memproduksi Biofuel. Hal ini karena Indonesia merupakan negara kedelapan terbesar yang memiliki kawasan hutan, sehingga memiliki kapasitas untuk memproduksi Biofuel.

"Sekarang, dengan B35, tahun lalu, kami berhasil mengurangi sekitar 32 juta ton CO2 per tahun. Dan kami akan menambahkan lebih banyak B35 sekarang dan tahun depan, B40. Bahkan dalam kebijakan energi nasional kita yang baru, targetnya sampai B60," tambah Nicke.

Selain itu, Pertamina juga memiliki program Biogasoline dengan mencampurkan bioetanol dari tebu, jagung, dan juga singkong ke bensin. Pertamina akan mulai dengan E5% dan dalam Kebijakan Energi Nasional Indonesia, secara bertahap akan meningkat menjadi E40.

Terkait dengan bahan bakar nabati ini, Pertamina baru saja meluncurkan bahan bakar jet berkelanjutan (Sustainable Efficient Fuel) yang dicampur dengan CPO. Menurutnya, program ini merupakan opsi terbaik untuk Indonesia.

"Ada tiga manfaat utamanya. Pertama, kami dapat mengurangi impor bahan bakar melalui biofuel. Kedua, kami dapat mengurangi emisi. Dan yang ketiga adalah menciptakan lapangan kerja di Hulu," ungkapnya.

Strategi ketiga, yakni pengimbangan karbon. Meskipun saat ini Indonesia masih menggunakan bahan bakar fosil dan memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Batubara, tetapi Pertamina tetap harus mengurangi emisi.

Pengurangan emisi itu melalui Carbon Capture, Utilization, and Storage, serta solusi berbasis NBS (Natural Base Solution) dengan hutan yang dimiliki. Saat ini dengan kapasitas untuk menyerap emisi dari lingkungan global hingga 15 persen.

Meski demikian, lanjut Nicke, dalam menjalankan berbagai inisiatif tersebut, Pertamina tetap harus menghadapi empat tantangan dalam transisi energi di Indonesia. Yakni, kerangka regulasi, teknologi, pendanaan atau keuangan, serta pembangunan kemampuan dan kapasitas.

"Ada empat tantangan dan kami percaya bahwa kami membutuhkan kolaborasi global tentang bagaimana kita dapat mengatasi tantangan ini terutama dukungan dari pemerintah," terang Nicke.

(osc)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER