Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.510 per dolar AS pada Senin (18/12) sore. Mata uang Garuda melemah 17,5 poin atau minus 0,11 persen dari perdagangan sebelumnya.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah melemah ke posisi Rp15.516 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Mata uang di kawasan Asia juga bergerak di zona merah. Tercatat, ringgit Malaysia melemah 0,55 persen, bath Thailand minus 0,38 persen, Korea Selatan minus 0,07 persen, dan yuan China minus 0,14 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, peso Filipina melemah 0,34 persen dan rupee India minus 0,03 persen. Di sisi lain, dolar Hong Kong menguat 0,04 persen dan dolar Singapura 0,08 persen.
Sementara, mayoritas mata uang negara maju justru menguat. Poundsterling Inggris menguat 0,09 persen, Euro Eropa 0,24 persen, franc Swiss 0,22 persen, dan dolar Australia 0,3 persen. Adapun dolar Kanada melemah 0,01 persen.
Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan rupiah tertekan setelah bank sentral AS (The Fed) disinyalir bersikap hawkish atau kembali mengerek suku bunga.
Adapun pernyataan itu disampaikan oleh Presiden The Fed New York, John Williams.
"Rupiah melemah terhadap dolar AS yang rebound setelah pernyataan hawkish dari pejabat The Fed William," kata Lukman kepada CNNIndonesia.com.
Lukman menyebut pernyataan Williams itu secara spesifik mengacu pada prospek tren suku bunga acuan The Fed ke depan.
(mrh/pta)