Mengenal Smart Farming, Jurus Gibran Gaet Pemuda RI Jadi Petani

CNN Indonesia
Senin, 22 Jan 2024 08:26 WIB
Gibran Rakabuming Raka menyebut istilah smart farming dalam debat cawapres Minggu (21/1) malam. ( CNN Indonesia/Adi Ibrahim).
Jakarta, CNN Indonesia --

Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyebut istilah smart farming dalam debat cawapres yang digelar KPU di JCC, Jakarta, Minggu (21/1) malam.

Terkait smart farming, Gibran mendorong anak muda untuk masuk sektor itu. Menurutnya, dengan smart farming produktivitas pertanian diharapkan meningkat.

"Generasi muda akan kita dorong melalui smart farming," kata Gibran.

Ia menyebut dengan konsep smart farming petani dapat memanfaatkan internet of things (IoT) untuk mengecek kesuburan tanah, PH tanah, hingga keasamanan tanah. Selain itu, petani juga dapat menggunakan drone untuk menyemprotkan pestisida.

Lantas, apa sebenarnya smart framing?

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengartikan smart farming merupakan sistem pertanian yang memanfaatkan teknologi guna meningkatkan produktivitas.

Peneliti Ahli Madya PRHP BRIN Joko Pitono secara spesifik menjelaskan smart farming yaitu suatu konsep pertanian yang menggunakan teknologi digital dan informasi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan dalam produksi tanaman serta peternakan.

Menurutnya, konsep ini juga bisa diandalkan untuk menarik minat anak muda menjadi petani. Maklum, kata dia, saat ini tren sumber daya manusia di sektor pertanian kian menyusut.

Joko menilai desai aplikasi smart farming cukup kompleks, sehingga memerlukan keterlibatan dan sinergi dari berbagai bidang kepakaran seperti elektro, fotonik, agronomi fisiologi, hama penyakit, agroklimat, tanah, dan mekatronika.

"Smart farming yang berbasis Internet of Thing (IoT) memerlukan dukungan cloud server yang ditunjang oleh beberapa unit untuk proses monitoring parameter penting, big data & analitik, kontrol manajemen dan aktivasi aktuator," kata Joko dalam acara HortiEs Talk Seri ke-12, dengan topik 'Penerapan Smart Farming dan Teknologi Pengendalian Residu Pestisida' beberapa waktu lalu.

Ia menambahkan bahwa aplikasi smart farming akan berfungsi untuk pengaturan input produksi tanaman. Contohnya untuk irigasi, aplikasi hara, penyiapan lahan, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), pencahayaan, iklim mikro, panen, dan evaluasi hasil.

Menurut Joko, banyak tantangan pengembangan SF untuk menjawab permasalahan riil pertanian ke depan seperti smart air water generator (aplikasi di lahan kering), smart crop pollinator, smart crop lighting, dan virtual screen protector.

Sementara itu, Peneliti Ahli Pertama Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan (PREMK) BRIN Agung Budi Santoso menuturkan penggunaan smart farming dari sisi marketing yaitu petani bisa memangkas distribusi langsung ke konsumen.

Namun, konsekuensinya aktivitas ekonomi pedagang pengepul dan pedagang eceran akan berkurang.

Oleh karena itu, perlu ada regulasi penerapan smart farming dalam transformasi tenaga kerja dan kompensasi perubahan marginal physical product (MPP) pada sektor pemasaran.

Selain itu, smart farming juga perlu dikembangkan dalam bentuk komunitas, bukan individual. Komponen penerapan smart farming yang perlu diperhatikan adalah penyedia teknologi, teknologi dan kesiapan petani.

"Karena tingkat adopsi yang rendah, kita sudah memiliki varietas-varietas unggul tetapi produktivitas masih rendah. Secara ekonomi, pelaku ekonomi melakukan proses produksi berdasarkan optimal quantity yang bisa memaksimalkan keuntungan," kata Agung.



(del/agt)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK