Anak Buah Luhut Yakin Batu Bara RI Masih Jadi Primadona Tahun Ini
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto meyakini permintaan batu bara bakal tetap tinggi tahun ini.
Hal itu ia sampaikan dalam forum CNBC Indonesia Economic Outlook 2024 yang digelar di Ritz Carlton Pacific Place Jakarta, Kamis (29/2).
Menurutnya, hal itu terjadi karena masih ada beberapa negara yang tengah membangun PLTU. Adapun negara-negara itu biasanya membeli batu bara dari Indonesia.
Seto mencontohkan China tengah membangun PLTU berkapasitas 300 GW. Selain itu, India juga tengah membangun PLTU kapasitas 63 GW.
"Jadi saya kira demandnya masih akan cukup meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir harga batu bara juga masih relatif stabil, cukup tinggi dibandingkan rata-rata historisnya," kata Seto.
Ia memperkirakan untuk PLTU berkapasitas 300 GW, paling tidak membutuhkan 1,8 miliar hingga 2,1 miliar ton per tahun.
"Jadi saya kira demand batu bara itu, terutama didorong dari China dan India," tegasnya.
Seto menilai produksi batu bara yang meningkat akan berdampak positif pada penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
"Dalam beberapa tahun tahun ke depan ini saya kira masih cukup signifikan pada PNBP-nya," ucap Seto.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan produksi batu bara RI mencapai 775 juta ton sepanjang 2023.
"Jadi produksi kita, realisasi 2023 mencapai 775 juta ton dan kemudian dalam negeri kita (DMO) bisa memenuhi 213 juta ton dan kemudian juga ekspornya juga 518 juta ton," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam konferensi pers Capaian Sektor ESDM Tahun 2023 & Program Kerja Tahun 2024, Senin (15/1).
Jika merujuk data produksi dari tahun ke tahun, produksi batu bara pada 2023 itu mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Tercatat pada 2016 saja produksi batu bara hanya mencapai 456 juta ton. Angka itu lalu naik pada 2019 menjadi 616 juta ton.
Sedangkan pada 2020 turun menjadi 564 juta ton. Namun, naik lagi menjadi 614 juta ton pada 2021. Lalu naik lagi menjadi 687 juta ton pada 2022.
Arifin menuturkan tingginya produksi batu bara pada 2023 tak lepas dari permintaan dalam negeri yang juga tinggi.
"Hal ini karena adanya satu, demand listrik, dua ada tambahan-tambahan PLTU baru dari proyek-proyek 35 GW yang masih berlangsung untuk diselesaikan," kata dia.
Di sisi lain, permintaan ekspor juga meningkat. Peningkatan ekspor, kata Arifin, terjadi karena batu bara kembali menjadi alternatif buntut terganggunya pasokan gas dari negara yang sedang berkonflik.
"Batu bara demand-nya naik. Tekanan untuk mendapat pasokan gas alam dari tempat-tempat itu pindahnya ke kita. Makanya ekspornya naik. Nah otomatis kalau demand naik produksi juga naik," tutur Arifin.