PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menargetkan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah beroperasi pada 2024.
Target ini dikejar untuk mengurangi ketergantungan impor aluminium yang tinggi. Aluminium merupakan produk hasil peleburan alumina.
Direktur Utama Inalum Danny Praditya menjelaskan kebutuhan aluminium domestik nyaris 55 persen masih dipenuhi oleh impor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Insya Allah di 2024 ini, 1 refinery kita di Mempawah akan segera beroperasi," ucap Danny dalam Indonesia Green Energy Forum, Kamis (7/3) kemarin.
"Kebutuhannya (aluminium) juga masih lebih dari 55 persen dipenuhi impor, walaupun sudah ada smelter baru di beberapa tahun terakhir, tapi masih belum cukup," tambahnya.
Menurutnya, smelter Mempawah nantinya akan menghubungkan rantai pasok antara mineral bijih bauksit di Kalimantan Barat dengan pabrik peleburan aluminium milik Inalum. Smelter ini berkapasitas produksi 1 juta ton alumina per tahun, yang berasal dari bahan baku 3,3 juta ton bauksit.
Proyek smelter Mempawah ini terbagi ke dalam fase I dan II dengan perkiraan nilai investasi sekitar US$1,7 miliar atau Rp26,49 triliun (asumsi kurs Rp15.585 per dolar AS).
Smelter Mempawah masuk menjadi salah satu PSN pada Desember 2023 karena diharapkan dapat membantu mewujudkan kebijakan hilirisasi bauksit-aluminium yang digagas Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Proyek smelter alumina ini merupakan proyek strategis yang dijalankan secara kolaborasi oleh Inalum dan PT Antam Tbk melalui anak usaha yaitu PT Borneo Alumina Indonesia (BAI).